PRESIDEN Jokowi meminta jajaran TNI terus memperhatikan dan mengembangkan teknologi pertahanan seiring perkembangan zaman. Jokowi salah satunya menyorot teknologi drone dalam pertahanan yang semakin maju.
Jokowi pun menyinggung serangan pesawat nirawak (drone) Amerika Serikat yang menewaskan komandan pasukan elite Quds di Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani.
“Di Januari [tahun 2020-Red] ada penggunaan drone yang saya kaget karena begitu akurat mengejar siapa yang diinginkan,” kata Jokowi di sela penganugerahan gelar Jenderal Kehormatan kepada Prabowo Subianto di Cilangkap, Rabu (28/2).
Baca Juga:Jokowi Sematkan Pangkat Kehormatan Jenderal TNI Menhan Prabowo SubiantoStatus Prabowo Diberhentikan dengan Hormat, Pengamat Militer: Soal Kenaikan Pangkat, Istimewa, Bukan Kehormatan
“Mayjen Soleimani, Iran, ditembak dari drone yang dipersenjatai akurat karena memakai face recognition. Akhirnya ditembak. Yang kita kaget itu terjadi di Irak tapi drone konon dikendalikan dari markas AS,” imbuh dia.
Soleimani merupakan kepala Pasukan Quds yang merupakan cabang dari pasukan elite Garda Revolusi Iran. Quds diberi wewenang dalam operasi ekstrateritorial Iran.
Ia terbunuh pada serangan udara AS di jalan menuju bandara internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1/2020) dini hari. Di samping Soleimani, serangan udara AS juga menewaskan Wakil Kepala pasukan Syiah Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Berkaca dari peristiwa Soleimani, Jokowi berpesan, teknologi militer yang semakin canggih harus diwaspadai.
“Pemanfaatan teknologi dalam perang akan semakin meningkat. Sebab itu TNI/Polri harus bernai masuk ke hal-hal berkaitan teknologi. Pesawat tempur tank perlu iya, tapi hati-hati drone,” kata dia.
“Ini harus kita ikuti amati, bagaimana perkembangan teknologi sedang mengubah perang konvensional atau perang yang bisa dikendalikan jarak jauh. Penguasaan IPTEK semakin dibutuhkan. TNI/Polri harus mampu melakukan deteksi dini,” ujar Jokowi. (*)