RAMAI publik masih membicarakan keberhasilan pelawak Komeng yang bikin gempar satu Indonesia lantaran muncul dalam surat suara calon anggota DPD dari Jawa Barat, pada Pemilu 2024 yang digelar tanggal 14 Feberuari lalu. Banyak netizen yang kaget Komeng turut berkontestasi dalam Pemilu kali ini, lantaran tak ditemukan baliho dirinya di sudut-sudut jalan. Atau ini hari keberuntungan Komeng yang juga tepat di hari Valentine Day.
Salah satu yang ramai disorot netizen adalah foto Komeng di surat suara Pemilu 2024 dengan pose tak biasa, yang biasanya berpose normal dengan pakaian formal. Dengan matanya yang melotot dengan raut wajah penuh lawak, seakan mengingatkan kembali dengan ucapan ikonik “uhuy” dari Komeng.
Dalam hasil penghitungan suara KPU, hingga saat ini Komeng unggul jauh dengan mengantongi 10,05% perolehan suara. Update perolehan suara Alfiansyah Komeng di Pileg DPD RI berdasarkan hasil sementara real count KPU per 26 Desember 2023 jam 16.01 WIB mencapai 2.341.643 suara atau 19,61%. Jika dilihat angka tersebut, jumlah suara sang komedian lebih banyak dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Berdasarkan hasil sementara real count KPU, partai yang dipimpin Kaesang Pangarep ini baru mendulang 2.028.781 suara
Baca Juga:Saat Klaim Asuransi Jadi Modus Pembunuhan, Begini Kata Praktisi HukumPolda Metro Jaya Bakal Periksa Ahli Gestur Tubuh di Kematian Dante Putra Tamara Tyasmara
Berdasarkan penghitungan suara tersebut, Komeng digadang-gadang akan melaju ke parlemen yang berkantor di Senayan. Beberapa  komedian mencoba masuk Senayan dari sejak jaman Reformasi antara lain Komar, Eko Patrio, Sys NS, pada konstestasi Pemilu 2024 ditambah Deny Cagur, Mongol, Narji, Bedu, Opie Kumis dan Komeng melalui jalur DPD.
Fenomena komedian masuk menjadi anggota legislatif tidak terlepas rintisan dari para seniman dan budayawan Solo, yang pada tanggal 28 Oktober 1998 mendeklarasikan Partai Seni dan Dagelan Indonesia (PARSENDI) yang diprakarsai oleh Murtidjono bertempat di Aula SMKI, Surakarta. Pendeklarasian partai tidak terlepas perbincangan euforia politik pasca Orde Baru (Reformasi), yang berkumpul antara lain Sosiawan Leak, Murtidjono, Suatmadji dan Ki Slamet Gundono (dalang suket), serta seniman lain. Di kantin Sorlem (Ngisor wit Pelem/Bawah Pohon Mangga) berdiskusi tentang politik dan bermunculan banyak partai sebagai bentuk “kekagetan” atas kebebasan berpolitik pasca lengsernya pemerintah represif Orde Baru. Dan per Maret 1999 tercatat 180 partai yang beredar, banyaknya partai yang muncul disebabkan kiat pendirian semata “mumpung masih bebas”, urusan lain nanti belakangan.