PESTA demokrasi bernama pemilihan umum (Pemilu) telah berakhir. Kini, para calon legislatif DPR/DPRD (Caleg) sedang harap-harap cemas menantikan hasil penghitungan suara. Maklum, biaya nyaleg disebut tidak murah, sehingga kalau gagal berpotensi mengacaukan neraca keuangan bahkan bisa berimbas pada kesehatan mental.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ongkos untuk ikut serta dalam Pemilu tidaklah murah. Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah pernah menyinggung mahalnya biaya politik yang harus dikeluarkan dalam Pemilu presiden, Pemilu legislatif, dan pemilihan kepala daerah. Fahri menyebut ini menjadi “bumerang” bagi keberlangsungan sistem demokrasi dan keberadaan partai politik Indonesia.
“Hal itu melahirkan praktik-praktik korup yang dilakukan para politisi atau pejabat yang terpilih. Karena keterpilihan mereka tidak ditentukan kualitas dan kapabilitasnya, tapi ‘isi tas’ atau besaran dana politik yang bersumber dari kantong pribadi atau dari penyandang dana,” kata Fahri, mengutip Antara (5/9/2021).
Baca Juga:PARSENDI Pelopor Komedian Masuk SenayanSaat Klaim Asuransi Jadi Modus Pembunuhan, Begini Kata Praktisi Hukum
Mencari cara supaya balik modal setelah mengeluarkan biaya politik yang tidak murah menjadi target pertama bagi mereka yang terpilih.
Tapi, bagaimana dengan yang kemudian gagal? Bagaimana mengatur kembali keuangan setelah habis-habisan meramaikan pesta demokrasi?
Cek Kondisi Keuangan
Anggapan bahwa biaya politik itu mahal pernah disanggah oleh pengamat politik Dedi Kurnia Syah. Ia menegaskan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak pernah menyebutkan tarif pendaftaran kontestasi.
Menurut Dedi, biaya yang tinggi hanya inisiatif dari peserta dan partai karena sejak awal mengira uang adalah sumber keterpilihan.
Bicara soal biaya politik yang murah, mungkin bisa dilihat dari beberapa selebritas Tanah Air yang nyaleg tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Komedian Alfiansyah Komeng misalnya, yang tanpa gembar-gembor ke masyarakat bahwa dirinya maju mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI dari dapil Jawa Barat.
Atau bisa juga Opie Kumis yang mengaku hanya menggelontorkan uang Rp25 juta dari hasil menjual burung kesayangannya. Pun dengan Dede Sunandar yang menjual dua unit mobilnya untuk biaya nyaleg. Opie Kumis dipinang PAN untuk maju sebagai Caleg DPRD DKI Jakarta VI, sementara Dede mencalonkan diri menjadi Caleg DPRD Kota Bekasi Dapil 5 Bekasi Barat dan Pondok Gede.