HARGA beras premium yang sempat menembus Rp 18.000 per kilogram (kg) dinilai sebagai level tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
“Yes, benar,” kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri dalam keteranganya, Sabtu 24 Februari.
Dia mengatakan pemicu lonjakan harga beras karena stok dan pasokan tidak banyak. “Produksi beras kita kan terbatas pada 2023,” kata dia.
Baca Juga:Kuasa Hukum Keluarga Pelajar Korban Perundungan Siswa Senior SMA Binus International BSD Serpong Kerap Dapat AncamanElon Musk Tantang Gmail, XMail Bakal Hadir
BPS mencatat produksi beras nasional 2023 berkurang 2,05% mencapai 30,90 juta ton dari 31,54 juta ton pada 2022. Penurunan itu sejalan menyusutnya luas panen tahun 2023 sekitar 2,45% atau 0,26 juta hektare (ha) dari 10,45 juta ha tahun 2022 menjadi 10,20 juta ha tahun ini.
Ditambah lagi kata dia, produksi beras 2024 bergeser atau tertunda karena musim tanam. “Artinya harus ada pemenuhan akibat penundaan musim tanam ini, sehingga perlu pasokan banyak,” kata dia.
Apalagi kata Mansuri, saat ini masyarakat akan menghadapi Ramadan sehingga membutuhkan lebih banyak bahan pokok, termasuk beras. “Kebutuhan tahun 2024 lebih besar,” kata dia.
Mansuri mengatakan solusinya adalah pemerintah harus kerja keras menggelontorkan beras untuk mengurangi tekanan harga yang cukup tinggi.
Mengacu harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sabtu (24/2/2024), rata-rata harga beras kualitas premium turun 0,06% menjadi Rp16.260 per kilogram, sedangkan harga beras kualitas medium turun tipis 0,14% menjadi Rp14.190 per kilogram.
Namun, harga beras tersebut masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.7/2023 sebesar Rp 10.900-Rp 11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp 13.900-Rp 14.800 per kilogram untuk beras premium. (*)