Tahun 2024 akan diwarnai oleh tantangan global yang signifikan. Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,9 persen, dipicu oleh perang di Ukraina, inflasi tinggi, dan kenaikan suku bunga. IMF memperkirakan inflasi global akan mencapai 6,5 persen pada tahun 2023, turun dari 8,8 persen pada tahun 2022. Namun, inflasi masih diperkirakan akan tetap tinggi pada tahun 2024, sebesar 4,1 persen.
Selain itu, IMF memperkirakan suku bunga kebijakan global akan mencapai 5,2 persen pada tahun 2024, naik dari 3,5 persen pada tahun 2022. Di sisi lain, menurut laporan Prospek Ekonomi Global (GEP) yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada Januari 2024, ekonomi global diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan dari 2,6 persen pada tahun 2023 menjadi 2,4 persen pada tahun 2024 yang merupakan perlambatan ketiga kalinya secara berturut-turut.
Pada tahun 2024, pertumbuhan Amerika Serikat (AS) diperkirakan melambat menjadi 1,6 persen (year on year). Pertumbuhan konsumsi diperkirakan melemah pada tahun 2024 karena nilai tabungan masyarakat akan mulai berkurang seiring dengan pelonggaran pasar tenaga kerja, di tengah efek pengetatan moneter yang terus berlanjut sejak awal tahun 2022.
Baca Juga:Sirekap Bermasalah, Heru Subagia: Jika Terjadi Pencurian Suara Pemilih, Saya Tuntut KPU Harus Bertanggung JawabBasarnas: 3 Korban Helikopter Bell 429 PK-WSW Berhasil Dievakuasi
Kebijakan fiskal diperkirakan lebih restriktif, sehingga mengurangi dukungan terhadap konsumsi. Untuk Zona Eropa, diperkirakan akan sedikit meningkat menjadi 0,7 persen (yoy) di 2024 karena tekanan inflasi yang mereda akan meningkatkan upah riil (pendapatan) yang dapat dibelanjakan. Namun, konsumsi kemungkinan masih tertahan karena efek pengetatan moneter yang tertinggal. Secara keseluruhan, negara-negara maju diperkirakan tumbuh sebesar 1,5 persen yoy di 2023, dan pada 2024 diperkirakan sedikit melambat menjadi 1,2 persen (yoy).
Dari Asia, pada tahun 2024, perekonomian Tiongkok diperkirakan melambat menjadi 4,5 persen (yoy) (direvisi turun sebesar 0,1 ppt dari perkiraan sebelumnya). Investasi masih tertahan di tengah tekanan yang terus-menerus di sektor properti, sementara sentimen yang melemah dapat membebani konsumsi. Hal ini dapat berdampak pada perdagangan global yang tetap lemah pada tahun 2024, dan membebani ekspor serta pertumbuhan permintaan domestik yang lebih lambat menahan impor.
Prospek dan Tantangan Ekonomi Indonesia di 2024
Selain tantangan global, Indonesia menghadapi tantangan domestik khusus pada tahun 2024, di antaranya: 1) Pemilu presiden dan legislatif yang akan digelar pada tahun 2024 dapat menimbulkan ketidakpastian politik dan ekonomi yang selanjutnya dapat memengaruhi keputusan investasi dan belanja konsumen (dan sudah dilewati) ; 2) Kenaikan harga pangan dan energi global dapat menyebabkan inflasi di Indonesia meningkat dan menurunkan daya beli masyarakat serta memperlambat pertumbuhan ekonomi; 3) Defisit anggaran pemerintah diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024 yang disebabkan meningkatnya belanja pemerintah untuk persiapan pemilu dan pembangunan infrastruktur sehingga dapat meningkatkan beban utang negara; 4) Rupiah diperkirakan berpotensi melemah terhadap dolar AS pada tahun 2024 sehingga dapat menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih mahal dan meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan.