Pertemuan dilakukan saat Amerika Serikat tengah berjuang untuk menyepakati lebih banyak bantuan ke Ukraina, dan banyak orang di Eropa semakin khawatir mengenai prospek kembalinya kekuasaan mantan Presiden Donald Trump yang meremehkan NATO.
Jerman telah memblokir penambahan dana militer untuk Ukraina dengan alasan Berlin berkontribusi terlalu banyak dibandingkan dengan anggota Uni Eropa lainnya. Sementara, Hongaria sejauh ini menolak mendukung usulan sanksi baru terhadap Moskow. Sanksi itu akan memasukkan hampir 200 perusahaan dan individu – termasuk beberapa di luar Rusia – ke dalam daftar hitam nama-nama yang dianggap terlibat dalam perang, atau melanggar pembatasan perdagangan yang sudah ada.
Hongaria telah menghentikan banyak sanksi sebelumnya, sekaligus kesepakatan-kesepakatan Uni Eropa untuk mengirimkan bantuan dana kepada Kiev. Langkah-langkah seperti itu memerlukan dukungan bulat dari seluruh negara anggota. Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban sebelumnya mengatakan dia “bangga” atas kontaknya dengan Rusia.
Baca Juga:Eksepsi Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan LNG, Karen Agustiawan Minta KPK Periksa Corpus Christi Liquefaction dan BlackstoneMenko PMK: Pilpres Satu Putaran Kurangi Risiko Kekacauan Sosial dan Anggaran Rp40 Triliun
Uni Eropa telah berkoordinasi dengan Washington dan London ihwal sanksi baru. Seorang diplomat senior UE mengatakan mereka yakin “akan dapat menyelesaikannya tepat waktu” dan menyetujui tindakan hukuman baru yang akan diterapkan pada 24 Februari.
Para menteri juga akan membahas perang Israel di Gaza dan wilayah Sahel di Afrika, tempat junta militer mengambil alih Mali, Burkina Faso dan Niger dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, Mauritania telah menjadi titik keberangkatan penting bagi para migran Afrika ke Eropa. (*)