“Kamu pilih Trump, maka saya akan mengugat cerai dan pindah ke Kanada,” kenang Maguire. Untungnya meski Trump telah memimpin Amerika selama dua tahun, Maguire dan Stossel tidak benar-benar bercerai.
Survei Pew Research Center tahun 2014 di Amerika menguatkan fakta bahwa orang-orang di sana cenderung memilih pasangan hidup dengan pandangan politik yang sama. Mereka kurang menyukai situasi ketika anggota keluarga memilih menikah dengan lawan politiknya.
Sebuah lembaga konsultan riset di Amerika, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia, Wakefield Research sempat melakukan survei lapangan terhadap fenomena ini. Mereka menemukan bahwa perbedaan politik secara umum telah mempengaruhi hubungan pribadi orang-orang di Amerika. Ada lebih dari 1 dari 10 orang Amerika atau sekitar 11 persen mengakhiri hubungan dengan pasangannya karena perbedaan pilihan politik.
Baca Juga:Fenomena Lima Tahunan, Kisah Para Caleg-Timses Gagal Berujung GalauHasto Kristiyanto Tegaskan Siap Jadi Oposisi, Jokowi: Ya Ditanyakan Saja kepada Beliau-beliau yang Ada di PDI Perjuangan
Jumlah ini melonjak terutama di kalangan generasi muda. Sebanyak 22 persen kelompok milenial mengaku putus dengan pasangannya karena perbedaan pandangan politik. Efek dari lanskap politik lainnya yakni 29 persen orang Amerika menikah atau berada dalam hubungan yang tidak baik akibat persoalan politik. Survei ini dilakukan pada seribu orang dewasa di Amerika yang berusia lebih dari 18 tahun antara 12-18 April 2017.
Di Indonesia, perbedaan pandangan politik menjadi salah satu faktor penyebab perceraian, meski jumlahnya sangat kecil. Data yang dihimpun dari Kementerian Agama pada 2008 menyebut ketidakharmonisan rumah tangga menjadi penyebab perceraian paling umum, yakni mencapai 46.723 kasus.
Ada faktor-faktor lain juga, yakni faktor ekonomi 24.252 kasus, krisis keluarga 4.916 kasus, cemburu 4.708 kasus, kawin paksa 1.692 kasus, penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 916 kasus, poligami 879 kasus. Politik hanya jadi faktor penyebab pada 157 kasus perceraian.
Lalu bagaimana caranya agar perbedaan pandangan politik tak menjadi prahara dalam suatu hubungan?
Sheri Stritof, seorang konsultan pernikahan, memberikan saran agar hubungan pribadi, keluarga, dan persahabatan tetap harmonis dalam perbedaan politik.
Pertama, harus ada kesepakatan untuk toleran atas ketidaksetujuan pendapat masing-masing. Kedua, beropini berdasar fakta yang tidak bias dan dapat dibuktikan. Ketiga, jangan mengolok-olok pendapat satu sama lain dan toleransi terhadap pilihan masing-masing.