KRISIS iklim yang terjadi belakangan ini akan menghadirkan ancaman yang sangat mengerikan yakni munculnya wabah belalang yang sangat sulit dikontrol atau ditangani. Peringatan itu dikeluarkan oleh para peneliti dari National University of Singapore yang termaktub dalam jurnal Science Advances.
Xiogang He, peneliti dari National University of Singapopre mengatakan saat ini cuaca ekstrem kerap terjadi di berbagai negara di dunia. Sayangnya kondisi itu berdampak langsung pada populasi belalang yang semakin tinggi.
Perubahan iklim diyakini sangat memacu kondisi tersebut. Mengkhawatirkannya lagi, dia memperingatkan bahwa kondisi itu dapat berdampak buruk pada ketersediaan rantai makanan global.
Baca Juga:Dian Sastrowardoyo, Penyuka Literasi Dijuluki It Girl IndonesiaPerjalanan Hidup Alice Norin Hadapi Kanker Sarkoma
“Kegagalan untuk mengatasi risiko-risiko ini dapat semakin membebani sistem produksi pangan dan meningkatkan parahnya kerawanan pangan global,” kata Xiaogang He dikutip Times, Minggu (18/2/2024) ini.
Menurut Xiaogang He, belalang yang mereka teliti adalah jenis belalang gurun. Saat ini belalang gurun merupakan serangga migran yang mampu melakukan perjalanan jarak jauh dengan jumlah yang besar.
Digambarkan Xiaogang He,satu kilometer persegi kawanan belalang terdiri dari 80 juta belalang yang dalam satu hari dapat mengonsumsi tanaman pangan yang cukup untuk memberi makan 35.000 orang. Jadi tidak heran kehadiran mereka di satu wilayah dapat menyebabkan kelaparan dan kerawanan pangan.
Dalam laporan itu juga diteliti beberapa peristiwa sama yang pernah terjadi sebelumnya. Dalam catatan mereka terdapat beberapa negara yang pernah diserbu oleh jutaan belalang gurun di antaranya adalah Kenya, Moroko, Niger, Yaman, dan Pakistan.
Elfatih Abdel-Rahman, peneliti dari International Centre of Insect Physiology and Ecology. mengatakan wabah belalang gurun yang meluas memang akan mengancam mata pencaharian di wilayah yang terkena dampak karena berkurangnya produksi pangan.
Para peneliti juga menemukan hubungan kuat antara besarnya wabah belalang gurun dan cuaca serta kondisi lahan seperti suhu udara, curah hujan, kelembaban tanah, dan angin. Belalang gurun lebih cenderung menyerang daerah kering yang menerima curah hujan ekstrem secara tiba-tiba, dan jumlah serangga yang berjangkit sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Profesor entomologi dari University of Delaware, Douglas Tallamy, mengatakan cuaca yang tidak menentu dan curah hujan akan memicu lonjakan vegetasi dan karenanya memicu pertumbuhan populasi belalang dalam jumlah besar.