DRIES van Agt meninggal dengan bergandengan tangan bersama Eugenie pada usia 93 tahun. Mereka menjalani suntik mati atau metode euthanasia pada 5 Februari 2024 di kampung halamannya, Nijmegen, demikian diumumkan The Rights Forum, organisasi hak asasi manusia milik Agt. Berdasarkan catatan, kesehatan Agt dan istrinya memburuk selama beberapa waktu sebelum akhirnya memilih untuk disuntik mati yang termasuk dalam metode euthanasia.
Sosok Dries van Agt
Pemilik nama lengkap Andreas Antonius Maria (Dries) van Agt ini lahir pada 2 Februari 1931, di Geldrop. Ia memperoleh ijazah gimnasiumnya dari Augustinianum di Eindhoven pada 1949. Setelah beberapa desakan dari Profesor Hukum Joop Jurgens, ia pergi ke Katholieke Universiteit Nijmegen untuk belajar hukum.
Pada awal studinya, Dries van Agt bergabung dengan Korps Mahasiswa Nijmegen Carolus Magnus. Di sana, ia bertemu dengan sang istri yang juga seorang mahasiswa hukum. Mereka secara bersamaan bertugas di senat korps pada 1951-1952. Lalu, pada 1952-1953, Agt memegang jabatan Praeses (Gubernur) Carolus Magnus. Ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menerapkan perubahan struktural besar dalam korps, termasuk perpeloncoan persaudaraan secara sukarela dan setara.
Baca Juga:Gempa Tektonik Goyang Jembrana hingga Banyuwangi, Bermagnitudo 4,1Euthanasia, Metode Akhiri Hidup yang Dipilih Mantan PM Belanda-Eugenie
Atas saran Joop Jurgens lagi, Agt pindah ke Den Haag untuk bekerja sebagai pejabat pemerintah. Ia pertama bertugas di Kementerian Pertanian, lalu di Kementerian Kehakiman. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga menikahi Eugenie Krekelberg pada 1958 yang dikaruniai 3 anak. Setelah 8 tahun menjadi pegawai negeri, ia kembali ke Nijmegen sebagai dosen di Katholieke Universiteit.
Menurut ru.nl, Profesor Wim van der Grinten meminta Agt untuk maju sebagai Profesor Hukum Pidana. Agt pun dikenal sebagai guru yang fasih dan mudah didekati. Setelah itu, ia meninggalkan Nijmegen untuk kembali ke Den Haag menjadi Menteri Kehakiman di kabinet Biesheuvel I. Sebelumnya, ia ditawarkan menjadi Menteri Budaya, Rekreasi, dan Pekerjaan Sosial, tetapi ditolak. Sebab, ia lebih cocok membawa gagasan keadilan yang diperoleh di universitas.
Agt dikenal sebagai politisi yang ingin mengecilkan kepentingan sendiri. Ia pun kembali menjabat sebagai Menteri Kehakiman di kabinet Biesheuvel II dan Den Uyl. Pada kabinet Den Uyl, ia juga memegang jabatan sebagai wakil perdana menteri.