PEMERINTAH akan melakukan impor beras asal Thailand sebanyak dua juta ton. Impor akan dilakukan jika produksi dalam negeri kurang.
Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) Sarwo Edhy menuturkan, rencana impor beras dari Thailand sebagai bentuk antisipasi melonjaknya harga bahan pokok tersebut yang tinggi bahkan lebih tinggi lagi.
“Ini bisa jadi (langkah) antisipasi melalui rakornas dan ratas, tentunya dengan persetujuan presiden dan menteri. Tahun lalu 2,8 juta ton. Tahun ini rencananya 2 juta ton, tetapi kalau misalnya produksi dalam negeri cukup berarti impor itu tidak jadi,” ujarnya dalam keterangan di Bandung, seperti dilansir Antara, Minggu (18/2).
Baca Juga:Kejagung Usut Korporasi yang Diduga Terlibat Kasus Korupsi BTS 4G BAKTI KominfoLebih dari 400 Aktivis Anti Korupsi Ditahan di Rusia dalam Solidaritas Kematian Alexei Navalny, Penentang Putin
Mengenai tingginya harga beras di pasaran beberapa waktu belakangan ini, menurut Sarwo karena tingginya ongkos produksi, hingga dampak el nino 2023, yang membuat waktu tanam mundur.
“Pertama, memang ongkos produksinya naik, di pupuknya naik, kemarin dampak dari el nino kekeringan, kemudian air juga kurang, panennya itu berkurang sehingga hasilnya berkurang, otomatis harga naik,” bebernya.
Kenaikan harga beras tersebut, Sarwo memastikan, tidak terkait dengan waktu yang menjelang Ramadhan, tetapi memang dampak waktu tanam mundur dan el nino.
“Enggak, karena memang waktu tanam kita mundur sehingga waktu panen kita juga mundur. Itu sebagai konsekuensi dari adanya el nino,” ungkapnya.
Sarwo juga menepis soal adanya potensi penimbunan yang membuat harga beras semakin tinggi. Meski begitu, dia berharap dalam waktu dekat harga beras bisa normal kembali.
“Sampai saat ini belum. Jadi masih berjalan normal sehingga mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa normal,” imbuhnya. (*)