Walau telah menapaki usia senja, Sumarsih masih ingat ketika Wawan tertembak oleh peluru tepat di dadanya pada tragedi itu. Lubang peluru tersebut tampak sebesar tutup pulpen. Saat itu, Wawan bersama Tim Relawan untuk Kemanusiaan membantu mahasiswa yang tewas dan terluka akibat melakukan aksi menolak Sidang Istimewa MPR. Buah hatinya mengembuskan napas terakhir di sela-sela aktivitas kemanusiaannya di halaman Universitas Atmajaya.
Berkat perjuangan membela keadilan untuk menguak dalang pelanggaran HAM berat, Sumarsih mendapatkan penghargaan Yap Thiam Hien Award 2004 di Musem Nasional, Jakarta. Menurut Ketua Dewan Juri Yap Thiam Hien Award, Asmara Nababan, Sumarsih layak menerima penghargaan lantaran menjadi sosok yang berhasil mengatasi kesedihan menjadi kesadaran terkait nilai kemanusiaan.
“Penghargaan ini memberi semangat bagi kami untuk terus memperjuangkan HAM,” ujar Sumarsih pada 10 Desember 2004.
Baca Juga:Komisi Pengawas Persaingan Usaha Temukan Harga Beras, Gula dan Cabai Berada di Atas HETMengeluh Pusing dan Perutnya Mual, Ketua KPPS Boyolali Meninggal Dunia
Sumarsih mengaku tidak pantas menerima penghargaan tersebut sehingga diberikan untuk anaknya, Wawan. Ibu berusia 69 tahun itu menegaskan akan tetap berjuang agar pelaku penembakan anaknya dibawa ke pengadilan. Sebagai bagian dari pejuangannya, Sumarsih bersama keluarga korban tidak pernah absen Aksi Kamisan. (*)