“Karena di film itu kan dikatakan ketiga-tiganya (pasangan calon) melakukan kecurangan terselubung, Tapi paling banyak yang dilakukan kekuasaan to,” tutur Hotman.
Adapun Yang (Tak Pernah Hilang) Hotman tahu persis bahwa tujuannya untuk mengingatkan sejarah kepada mahasiswa-mahasiswa Fisip dan mahasiswa Unair yang muda-muda secara keseluruhan bahwa di kampusnya dulu pernah ada dua mahasiswa yang hilang karena diculik aparat keamanan.
“Tujuan utamanya mengingatkan sejarah pada mahasiswa-mahasiswa Unair era sekarang ini yang tidak paham sejarah, dan dosennya tidak pernah memberi tahu,” kata Hotman.
Baca Juga:Usai Loloskan Pembelian LNG, Karen Agustiawan Disebut Bermanuver Minta Jabatan di Cheniere Energy, Perusahaan Gas asal TexasIkuti Rapat dari Pagi hingga Malam, Punya Riwayat Hipertensi, Anggota KPPS Magetan Meninggal Dunia
Hotman berujar Yang (Tak Pernah Hilang) tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi kondisi politik. Namun karena film tersebut rampung dibuat bersamaan dengan masa kampanye pasangan capres-cawapres, maka terkesan politis.
“Mestinya film ini selesai enam bulan lalu, tapi tersendat-sendat karena berbagai kendala. Mulai dari Covid-19 sampai sutradaranya (Hari Nugroho) meninggal. Film ini tujuan awalnya untuk internal mahasiswa Fisip dan Unair keseluruhan,” kata Hotman.
Produser Yang (Tak Pernah) Hilang, Dandik Katjasungkana, membenarkan pembuatan film yang dimulai sejak 2019 itu sempat terhenti karena Covid-19. Selain terganggu pandemi, proses produksi juga tersendat karena penggagas film tersebut, Hari Nugroho, meninggal dunia pada 2020 lantaran hipertensi. Ia membantah peluncuran film tersebut untuk mempengaruhi kondisi politik menjelang pencoblosan.
“Tidak, karena kami memutar film ini dengan audience yang terbatas dan terseleksi. Kami sebisa mungkin menghindari salah satu calon presiden, sehingga jangan sampai isu besar kemanusiaan soal penghilangan paksa yang kami angkat dalam film ini akhirnya dianggap recehan,” ujar koordinator Ikatan Keluarga Orang Hilang (Ikohi) Jawa Timur itu.
Ihwal mengapa soft launching itu bersamaan dengan momentum pemilu, menurut alumi Fisip Unair 1991 ini karena sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka kepada publik. Sebab, kata dia, #KawanHermanBimo sudah lama berproses membuat film dokumenter itu.
“Prosesnya terbuka, kami umumkan ke publik dengan harapan mendapatkan umpan balik, simpati, dukungan moril maupun materiil. Sehingga kalau soft launching film ini kami tunda-tunda lagi, tidak bagus juga bagi pertanggungjawaban pada publik,” kata Dandik.