KEMENTERIAN Pertahanan kembali membantah kabar dugaan korupsi pembelian pesawat jet tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dikabarkan menerima suap dari mantan anggota Parlemen Eropa, Eva Kaili dalam belanja alat utama sistem senjata itu.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Prabowo maupun Kementerian tidak mengenal Eva Kaili. Terlebih, kata dia, Eva telah dipenjara akibat skandal suap pada 2022 lalu. Sedangkan, menurut dia, kontrak pembelian pesawat jet tempur itu sudah batal pada 31 Desember 2023 lalu.
“Tidak ada pembelian Mirage 2000-5. Kontrak sudah dibatalkan. Karena ada keterbatasan fiskal, kami tidak punya kemampuan untuk membayar,” ujar Dahnil dalam konferensi pers di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat pada Senin, (12/2).
Baca Juga:Namanya Disinggung di Film Dirty Vote, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin: Tunjukkan bahwa Saya Tidak NetralTerungkap Hasil Pemeriksaan Ahli Toksikologi Puslabfor Bareskrim Polri-Kedokteran Forensik Terkait Kematian Dante
Adapun kabar kongkalikong Prabowo dan Eva mencuat dari artikel media asing bertajuk “Indonesia Prabowo Subianto EU Corruption Investigation” pada Jumat, 9 Februari lalu. Muncul video ulasan soal artikel tersebut dan beredar di media sosial.
Dahnil menilai artikel dan video itu sebagai berita bohong. Dia bersama Hotman Paris selaku kuasa hukum Kementerian Pertananan, menyatakan akan melakukan tindakan hukum lebih lanjut untuk menelusuri siapa di balik informasi tersebut.
Lebih lanjut, ia mengatakan hubungan diplomasi Indonesia dengan Qatar khususnya di bidang pertahanan tak ada masalah kendati terjadi pembatalan kontrak pembelian pesawat bekas Mirage 2000-5.
“Tak ada masalah hubungan diplomasi dengan Qatar karena kontrak itu tak ada syarat-syaratnya yang bisa merusak hubungan. Apalagi Indonesia dan Qatar memiliki hubungan yang mutual understanding,” katanya di Komplek Perkantoran Kemhan Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin, (12/2).
Ia juga mengatakan hubungan dengan perusahaan Dassault Aviation juga tak ada masalah. Baik pihak Qatar juga Dassault, dikatakan dia, memahami kondisi Indonesia.
“Kementerian Pertahanan terus mencari pesawat tempur yang terbaik. Jadi sementara ini yang bisa dilakukan untuk menutup kekosongan Dirgantara kami selama menunggu pesawat tempur Rafale adalah melakukan retrofit. Jadi beberapa pesawat lama kami retrofit untuk menjaga wilayah udara,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra menjelaskan rencana pembelian Mirage 2000-5 batal karena keterbatasan ruang fiskal. Ia menuturkan Kementerian Pertahanan saat ini aka berfokus mencari pesawat tempur terbaik yang tersedia untuk menjaga wilayah udara Indonesia.