“Berbagai fakta yang diuangkapkan dalam film Dirty Vote mewakili berbagai tekanan yang dialami Ganjar-Mahfud dan PDI Perjuangan. Dalam pertimbangan akal sehat, nurani, dan moral, kami sungguh tidak menyangka Pak Jokowi sudah berubah seperti itu. Menempatkan kekuasaan di atas segalanya. Berbagai rekayasa kecurangan tersebut sangat merugikan Ganjar-Mahfud,” kata Hasto.
Hasto mengatakan, PDIP percaya pemilu mengandung kesakralan karena suara rakyat adalah suara Tuhan.
“Pemilu secara otomatis akan berjalan damai apabila kecurangan sirna. Karena itulah bagi siapa pun yang melakukan manipulasi pemilu, dan mengerahkan seluruh elemen kekuasaan untuk kecurangan masif, akan berhadapan dengan kekuatan rakyat. Satyam Eva Jayate,” kata Hasto.
Baca Juga:Film Dirty Vote Tayang di Masa Tenang Pemilu 2024Sama-sama Tayang Jelang Pemilu, Sexy Killer 2019: Elite di Balik Tambang Batu Bara dan Dirty Vote Singgung Kecurangan Pemilu 2024
Sementara itu, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Rahmat Bagja, meminta publik berhati-hati agar kritik yang disampaikan tidak memicu konflik baru.
“Hal-hal yang bisa menimbulkan konflik dan lain-lain, lebih baik dihindarkan karena sekarang menjelang masa pemungutan suara. Jangan sampai masa pemungutan suara ini terganggu gara-gara hal tersebut [film Dirty Vote],” kata Bagja kepada wartawan, Minggu (11/2).
Meski ada kekhawatiran, Bagja menyilakan publik mengritik kinerja Bawaslu. Ia beralasan, Bawaslu selama ini telah bekerja sesuai perundang-undangan yang berlaku.
“Pada titik ini Bawaslu sudah melakukan tugas fungsinya dengan baik, tapi tergantung perspektif masyarakat, silakan. Kami tidak bisa men-drive perspektif masyarakat,” ucap Bagja.
Menurut Bagja, kebebasan berpendapat dan berekspresi diatur oleh undang-undang. Oleh karena itu, ia tidak masalah publik mengkritik lembaganya.
Plt Deputi V KSP, Wandy Tuturoong, enggan menanggapi lebih jauh soal polemik film Dirty Vote. Ia hanya mengajak semua pihak untuk menjaga pemilu damai. “Kritik tentu baik dalam demokrasi. Yang penting kita sama-sama menjaga pemilunya damai,” kata Wandy, Senin (12/2).
Peneliti Perludem, Ihsan Maulana, menilai film Dirty Vote sebagai bentuk pendidikan politik penyelenggaraan pemilu. Film tersebut dinilai menunjukkan rangkaian kecurangan pemilu, konflik kepentingan, dan permasalahan lain yang dibahas dalam tahap pemilu. Ia justru menilai film tersebut sebagai peringatan kecurangan pelaksanaan pemilu.
Baca Juga:Pembagian Bansos Ugal-ugalan Selama Pemilu 2024? Film Dirty Vote: Politisasi Bantuan Sosial Tembus Rp508 Triliun3 Sosok Artis Film Dokumenter Eksplanatori Dirty Vote: 24 Jam Tayang, Ditonton 3.726.150 Kali, Diikuti Lebih dari 38 Ribu Subscribers
“Tentu saja film ini sebagai alert kepada siapa saja yang hendak melakukan kecurangan, khususnya di tahapan pemungutan, penghitungan, dan rekapitulasi hasil. Publik sudah dicerahkan melalui film ini, bagaimana banyaknya tahapan pemilu bermasalah, jangan sampai ditahapan pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi hasil juga dilakukan kecurangan-kecurangan,” kata Ihsan, Senin (12/2).