PERSAINGAN antarsaudara sudah biasa dalam keluarga. Meski terlihat akur, bukan berarti kakak dan adik tak ada persaingan terselubung, seperti yang terjadi pada Pangeran William dan Harry. Sejak kecil, pertengkaran soal rebutan mainan atau makanan pasti sudah menjadi hal lumrah di rumah.
Menurut penelitian pada 2001, usia puncak saudara bersaing adalah 10-15 tahun, terutama karena persaingan prestasi di sekolah. Namun konflik bisa berlanjut sampai dewasa. Dalam beberapa kasus, hal ini bisa menyebabkan mereka tak saling menyapa.
“Saat kecil, saudara adalah teman pertama bermain, menumbuhkan keterikatan sosial seperti toleransi, kebaikan, dan kesetiaan, yang kemudian mempengaruhi hubungan dengan teman, rekan kerja, dan pasangan,” jelas Fern Schumer Chapman, penulis Brothers, Sisters, Strangers: Sibling Estrangement and the Road to Reconciliation, kepada HuffPost.
Sulit dihindari
Baca Juga:‘Banyak Anak, Banyak Rezeki’ Motto Ini Tak Cocok di Era Kini, Peneliti: Kesehatan Mental Lebih BurukHasil Riset Ungkap Kualitas Mikroba 500 Lebih Sumber Air Tanah di Lampung dan Bekasi Ditemukan 60 Persen Tercemar E.Coli
Setelah dewasa, tali persaudaraan bisa berkembang kepada teman, pasangan, dan rekan kerja. Joshua Coleman, psikolog di San Francisco, sepakat bahwa persaingan antarsaudara sulit dihindari meski sikap orang tua netral dan adil.
Kadang persaingan memberi dampak positif, seperti yang terjadi pada petenis Venus dan Serena Williams. Didikan sang ayah, Richard, membuat keduanya bersaing di lapangan dan menjadikan mereka petenis sukses setelah dewasa.
Masalahnya, tak semua saudara bisa bersaing secara positif, terutama setelah dewasa. John Duffy, psikolog dan penulis Parenting the New Teen in the Age of Anxiety, telah berpengalaman menangani para saudara yang bersaing hingga dewasa. Kadang mereka tak berani bersikap tegas karena khawatir saudaranya bakal marah atau tersinggung. (*)