Dalam acara tersebut, turut hadir Direktur Riset ISF-UTS, Prof. Juliet Willetts; 25 ahli di bidang sanitasi, air, dan kesehatan; serta para perwakilan dari World Health Organization (WHO), World Bank, Water.org, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta; Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bekasi; dan perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dari diskusi tersebut, disimpulkan bahwa transisi ke air perpipaan diperlukan guna meningkatkan kualitas air, mencegah penurunan muka air tanah, meningkatkan kesehatan dalam jangka panjang, dan mengintegrasikan distribusi air minum.
Selain itu, perlu adanya perhatian terhadap keberlanjutan air tanah sebagai cadangan, terutama saat tata ruang sering menganggap ketersediaan air sebagai aspek yang selalu ada. Tim FTUI dan ISF UTS akan melaporkan rekomendasi kebijakan tersebut kepada pemerintah supaya transisi menuju layanan air tanah yang dikelola secara aman dapat tercapai.
Baca Juga:Dana Abadi Penelitian, Kebudayaan, Pendidikan Tinggi, Pondok Pesantren: Bedanya Apa?Forum Militer Ungkap Berita Bohong Surat Diplomatik yang Tuding Prabowo Korupsi Pengadaan Pesawat Mirage 2000-5
Dekan FTUI Heri Hermansyah mengatakan penelitian ini menunjukkan bahwa FTUI memiliki fokus dan perhatian tinggi terhadap permasalahan air tanah yang terjadi di kota-kota di Indonesia. “Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan pengembangan peluang kolaborasi mengenai transisi penyediaan air bersih bagi rumah tangga di perkotaan antara akademisi, komunitas, dan pemerintah dapat terus berjalan sehingga keberlanjutan penyediaan air bersih di Indonesia dapat semakin inklusif,” kata dia. (*)