Masuknya kembali Sri Roso ke gelanggang memicu Udin membongkar borok pemerintahan. Selama memegang kendali kekuasaan, Sri Roso dianggap tidak kompeten dan penuh praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
Maka, jadilah laporan-laporan yang sarat kritik macam “Tiga Kolonel Ramaikan Bursa Calon Bupati Bantul,” “Soal Pencalonan Bupati Bantul: Banyak ‘Invisible Hand’ Pengaruhi Pencalonan,” “Di Desa Karangtengah Imogiri, Dana IDT Hanya Diberikan Separo,” hingga “Isak Tangis Warnai Pengosongan Parangtritis.”
Tak cuma menyerang Suroso, laporan Udin juga menampar Orde Baru yang kala itu telah berada di senja kala kekuasaan.
Baca Juga:Kekasih Tamara Tyasmara Tersangka di Kasus Kematian Dante Terancam Hukuman MatiAngger Dimas Respons Penangkapan Pacar Tamara Tyasmara: This is just a beginning
Laporan paling bikin gempar adalah soal surat kaleng yang menuturkan ada calon bupati yang diduga kuat bakal memberikan dana sebesar satu miliar rupiah kepada Yayasan Dharmais milik Soeharto. Walaupun tidak dijelaskan siapa calon yang dimaksud, belakangan jelas bahwa sosok tersebut adalah Sri Roso. Hal ini dibuktikan dengan penemuan “surat pernyataan” bersegel yang ditulis dan ditandatangani oleh Sri Roso. Surat tersebut menjelaskan bahwa Sri Roso setuju “membantu” pendanaan Yayasan Dharmais apabila terpilih sebagai Bupati Bantul periode 1996-2001.
Udin bukannya tak khawatir dengan semua laporan yang ditulisnya. Ia sadar sedang melawan tiran. Berkali-kali ia sadar tengah diikuti orang tak dikenal yang mengawasi gerak-geriknya. Namun rasa takut tak menghentikan niatnya untuk menulis dan menyebarkan kebenaran kepada publik.
Keberanian itu pula yang menuntunnya pada laporan terakhir tentang dugaan kasus korupsi pembangunan jalan. Tulisan yang kelak diberi judul “Proyek Jalan 2 Km, Hanya Digarap 1,2 Km” tersebut terbit sehari sebelum Udin meninggal. Isi laporannya: memblejeti kejanggalan proyek peningkatan jalan di ruas Tamantirto-Pengkolan, Kasihan, Bantul.
Kasus Udin menemui jalan buntu. Polisi tak bekerja maksimal dalam mengusut tuntas pembunuhan tersebut.
Beberapa rekan Udin akhirnya membuat tim investigasi pencari fakta. Berdasarkan penyelidikan, tim menyimpulkan bahwa tewasnya Udin tak bisa dilepaskan dari berita-berita yang ia tulis. Laporan Udin dipandang memancing kemarahan penguasa.
Dalang di balik pembunuhan Udin mengerucut pada satu nama: Sri Roso.
Tentu Sri Roso menolak hasil penyelidikan itu. Sepekan setelah kematian Udin, Sri Roso menggelar konferensi pers dan menyatakan sama sekali tak terlibat dalam pembunuhan.