Berasal dari China, weiqi atau baduk awalnya digunakan sebagai alat bantu ajar setelah kaisar Tiongkok Yao merancangnya untuk Danzhu, anaknya yang dianggap perlu belajar disiplin, konsentrasi, serta butuh keseimbangan.
Sumber lain menyebut, weiqi diciptakan oleh ahli perang dan jenderal Tiongkok untuk merancang strategi perang. Karena keterbatasan peralatan, mereka menggunakan batu sebagai alat penunjuknya.
Di Korea, baduk punya kisahnya sendiri. Kata baduk berasal dari kata ba-dok, ba untuk menunjukkan papan datar dan lebar, lalu dok memiliki arti batu.
Baca Juga:KAI Daop 6 Siapkan 25 Perjalanan Kereta Selama Masa Libur Isra Mikraj-Cuti Bersama ImlekJelang Libur Isra Mikraj-Imlek Volume Kendaraan dari Jakarta Menuju Bandung dan Jawa Tengah Meningkat di Ruas Tol Japek
Alkisah, seorang raja bernama Gaero gemar bermain baduk. Ia kemudian menemukan seorang yang asik baginya untuk bermain baduk. Ia adalah biarawan Goguryeo yang diasingkan bernama Dorim.
Dikutip dari KBS World, Dorim merupakan seorang yang pintar bermain Baduk serta menguasai teknik permainannya. Hal ini hingga membuat Raja Gaero sangat puas dengan kemampuan Dorim dalam hal bermain Baduk.
Belakangan diketahui Dorim adalah seorang mata-mata dari Raja Jangsu dari kerajaan Goguryeo. Kerajaan itu merupakan seteru kerajaan Baekje yang dipimpim Raja Gaero. Karena informasi falid yang didapat Dorim, kerajaan Baekje harus hancur akibat serangan kerajaan Goguryeo.
Cara bermain baduk
Papan baduk resmi terdapat 19 garis vertical dan horizontal dengan jumlah titik potong 19×19=361. Untuk pemula juga tersedia papan dengan 13 garis vertikal/horizontal. Satu set batu Go terdiri atas 181 batu hitam dan 180 batu putih, totalnya 361.
Sekilas permainan ini sederhana, hanya meletakkan batu di garis. Batu siapa yang terbanyak berada di papan itulah pemenangnya. Namun pada praktiknya tidak semudah itu, pemain harus merancang strategi supaya batu tidak ‘dimakan’ atau diambil lawan.
Bagaimana cara mengambil batu lawan? Pemain bisa menjadikan batu lawan menjadi milik sendiri dengan mengelilingi batu tersebut. Batu yang telah diambil disebut agehama dan menjadi milik sendiri. Batu ini ditaruh di tutup goke, lalu pada akhirnya bisa digunakan untuk mengurangi wilayah yang dikuasai lawan. Batu yang sudah diletak satu kali, salama tidak diambil lawan, tidak bisa dipindahkan atau dilepas dari papan.