Selama bertahun-tahun, masyarakat di sini—yang merupakan swing voters—menjatuhkan pilihannya ke Partai Liberal. Namun, karena janji manis tersebut, pada Pilpres 2020 lalu mereka memenangkan Trump.
Secara teori, masyarakat mengambang memang sulit digaet menggunakan pendekatan idelogis. Bahkan, menurut penelitian John Street berjudul “Celebrity Politicians” (2004) menyebut bahwa popularitas publik figur-lah yang kerap dipakai untuk mendekati suara massa mengambang.
Hal serupa, juga berlaku di Indonesia. Publik figur, dalam hal ini artis, berada di daftar paling atas untuk menggaet massa mengambang. Daripada rayuan ideologi, program-program parpol, atau perdebatan politik yang menjenuhkan, popularitas artis dianggap jadi cara instan untuk menarik suara massa mengambang.
Baca Juga:Usut Tuntas Aliran Dana Zulhas ke DPD, Caleg: Ada Dugaan Digunakan untuk Kepentingan Pribadi Ketua PAN Kabupaten CirebonPolda Metro Jaya Gelar Perkara Tetapkan Tersangka di Kasus Kematian Dante Anak Tamara Tyasmara
Parpol, memanfaatkan popularitas artis untuk menarik massa. Langkah pragmatis ini tepat untuk pemilih di Indonesia yang sebagian besar adalah pemilih tidak rasional.
Partai Amanat Nasional (PAN) bisa dibilang jadi parpol paling banyak “memakai jasa artis” ini. Bahkan, nama PAN sempat diplesetkan jadi “Partai Artis Nasional” lantaran ada banyak artis yang jadi kader. Mulai dari Abah Qomar, Charly Van Houten, Eko Patrio, Desi Ratnasari, Pasha Ungu, hingga terbaru Verrell Bramastha.
Kendati dianggap jalan instan, kehadiran artis sebenarnya juga menunjukkan bahwa parpol telah gagal dalam mengangkat kadernya menjadi tokoh yang populer.
Caleg DPR RI Partai Amanat Nasional (PAN) nomor urut 8 dari dapil VIII Jabar yang melingkupi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu Heru Subagia melihat fenomena ini sebagai peluang untuk mendulang suara.
“Saya memandang peluang tersebut, saya akan memanfaatkan masa mengambang untuk mencari potensi suara,” jelasnya, Kamis malam (8/2).
Heru melihat respons masyarakat cukup positif untuk kemajuan Partai Amanat Nasional (PAN). Apalagi, hasil survei CESDA menunjukkan PAN masih sangat berpeluang secara elektabilitas sudah mencapai 5,2 persen, dan Pemilu Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat di Daerah Pemilihan Jawa Barat VIII swing voters sangat tinggi.
Dirinya akan melakukan pendekatan khusus terhadap massa mengambang tersebut. Ia akan melakukan pendekatan sesuai bahasa kelompok tersebut yang cenderung skeptis, frustasi, marah dan kecewa.