Ciri- Ciri Swing Voter
Beberapa ciri seorang swing voter adalah sebagai berikut ini:
- Tidak Tertarik pada Partai; swing voter tidak memiliki keterikatan pada sebuah partai tertentu. Mereka bisa saja memilih kandidat dari berbagai partai yang berbeda.
- Isu Memengaruhi Keputusan; pilihan atau keputusan para swing voter bisa didasari pada isu-isu yang dianggap penting pada saat pemilihan. Mereka akan memilih kandidat berdasarkan bagaimana seorang kandidat menangani isu tersebut.
- Terbuka pada Perubahan; sesuai dengan definisi seorang swing voter, mereka akan selalu didasarkan pada perubahan. Preferensi mereka dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu dan tidak terikat pada hubungan apapun termasuk perasaan emosional
Melihat Rekam Jejak
Rekam jejak dapat memengaruhi pilihan swing voter dalam menentukan pilihan mereka. Kandidat yang sebelumnya telah menjabat sebelum kampanye dan berhasil atau efektif dalam jabatan terdahulu akan dijadikan pilihan oleh para swing voter.
Tidak Terikat Partai
Swing voter biasanya tidak tertarik dengan partai tertentu atau ideologi politik. Mereka akan lebih fokus pada solusi nyata dan kebijakan yang ditawarkan oleh para kandidat. Mereka juga tidak terikat pada hubungan tertentu seperti politik identitas.
Baca Juga:Usut Tuntas Aliran Dana Zulhas ke DPD, Caleg: Ada Dugaan Digunakan untuk Kepentingan Pribadi Ketua PAN Kabupaten CirebonPolda Metro Jaya Gelar Perkara Tetapkan Tersangka di Kasus Kematian Dante Anak Tamara Tyasmara
Nah, itulah penjelasan mengenai swing voter yang dapat ditemui pada masa demokrasi atau pemilihan umum. Dalam masa pemilihan ini, menjadi kandidat yang berpikir rasional juga diperlukan demi kelangsungan negara ini 5 tahun mendatang.
Menjadi Penentu
Dukungan dari massa mengambang (swing voters) dan yang belum menentukan pilihannya (undecided voters) diramalkan menjadi penentu kemenangan dalam Pileg maupun Pilpres 2024.
Dalam politik elektoral, biasanya terdapat tiga segmen pemilih. Pertama, pendukung fanatik yang pasti akan memberikan suara mereka ke kandidat tertentu. Kedua, pendukung lawan politik kelompok pertama, yang tidak akan sudi memberikan suara mereka. Ketiga, massa mengambang, yang masih ada potensi menjadi salah satu dari dua kategori tadi.
Kelompok pertama, yakni pendukung fanatik, dalam bahasa politik disebut The Saint. Kelompok ini merupakan massa yang secara tradisional pasti bakal memilih partai tertentu.
Misalnya, di Indonesia, masyarakat yang terafiliasi dengan Nahdatul Ulama (NU), misalnya, secara tradisional akan memilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) karena alasan kultural.