Mereka bisa saja sudah menentukan pilihan mereka, tetapi mereka belum yakin akan pilihan mereka. Swing voter berpotensi mengganti pilihan dengan yang lain ketika ada suatu ide atau gagasan baru yang muncul dari calon presiden atau legislatif. Pilihan mereka akan berubah-ubah sampai hari H pencoblosan dilakukan.
Swing voter ini akan menilai kemampuan dari semua calon. Sikap netral dari swing voter inilah yang memacu para calon presiden untuk kemudian bersaing dalam menunjukkan kemampuannya. Bahkan, jika mereka (swing voter) tidak menemukan pilihan mereka untuk pantas menjadi presiden menurut mereka, para swing voter bisa memilih untuk golput.
Swing voter diibaratkan sebagai massa yang mengambang yaitu pemilih yang mungkin saja berpindah-pindah pilihan.
Mengapa Ada Swing Voter?
Baca Juga:Usut Tuntas Aliran Dana Zulhas ke DPD, Caleg: Ada Dugaan Digunakan untuk Kepentingan Pribadi Ketua PAN Kabupaten CirebonPolda Metro Jaya Gelar Perkara Tetapkan Tersangka di Kasus Kematian Dante Anak Tamara Tyasmara
Mayoritas swing voter berasal dari generasi milenial dan generasi Z yang dapat dengan mudah mengakses internet.
Internet banyak digunakan untuk melakukan kampanye oleh para calon kandidat untuk bisa memaparkan visi dan misi mereka. Banyak pula konten-konten yang beredar yang membahas seluruh calon yang ada.
Banyaknya informasi yang beredar di internet mempermudah swing voter untuk menentukan pilihan. Namun, banyaknya informasi di dunia maya juga dapat membuat bimbang para swing voter ini.
Calon kandidat yang tidak meyakinkan, informasi yang terlalu banyak, dan gagasan politisi yang tidak masuk akal berperan penting dalam munculnya banyak swing voter.
Mayoritas swing voter didasarkan oleh pemikiran rasionalitas mereka. Banyak kampanye dilakukan untuk menggaet emosional pemilih, tetapi ini tidak berlaku pada swing voter. Mereka selalu mendahulukan kerasionalitasan para calon presiden dan calon wakil presiden.
Mereka tidak akan terpengaruh pada hubungan apapun seperti hubungan keluarga dan kerabat. Meskipun keluarga atau kerabat mereka mencalonkan diri, para swing voter tidak akan memilih calon tersebut hanya berdasarkan hubungan yang mereka miliki.
Mereka akan menilai dari kemampuan dari para calon. Jika memang dirasa mampu dan dapat menjalankan tugas besar para calon, maka itu akan dipilih. Para pemilih rasional inilah yang kemudian membuat para calon berlomba-lomba untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.