Apa yang terjadi adalah sebuah kesalahan?
Ada kekhawatiran perang Israel-Hamas dapat menyebar ke negara-negara lain di kawasan, khususnya Iran, dan mengakibatkan terganggunya pelayaran melalui Selat Hormuz di ujung Teluk Persia.
Ini adalah jalur utama tidak hanya untuk LNG namun juga minyak. Sejauh ini, Iran dan AS, sekutu utama Israel, telah mengindikasikan bahwa mereka ingin menghindari perang yang lebih luas. Namun invasi ke Ukraina telah menunjukkan keadaan dunia yang tidak menentu, hal-hal yang tidak terduga dapat terjadi.
“Selalu ada, kata Tagliapietra, risikonya adalah eskalasi yang berdampak pada Selat Hormuz.”
Seberapa pentingnya gas AS bagi Eropa?
Baca Juga:Hoki BERLIMPAH Spesial Imlek dari Bank Mandiri, Apa Saja Keuntungannya?H-1 Libur Isra Mikraj dan Cuti Bersama Imlek, KAI Daop 8 Catat 19.310 Pelanggan Berangkat dengan Kereta Api Jarak Jauh
Ekspor gas AS meningkat tajam setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, dan pemerintahan Biden menganggap pengiriman gas ke Eropa dan Asia sebagai senjata geopolitik utama melawan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sejak itu, Presiden Joe Biden berhenti menyetujui proposal baru untuk terminal ekspor LNG.
Jeda ini memungkinkan para pejabat mempelajari dampak proyek LNG terhadap perubahan iklim, perekonomian AS, dan keamanan nasional, kata Menteri Energi Jennifer Granholm. Tindakan tersebut tidak akan berdampak pada lima terminal yang telah disetujui dan sedang dibangun, katanya.
Asosiasi industri Eurogas menyebut tindakan Biden “mengkhawatirkan” dan impor gas AS “akan memainkan peran penting bagi keamanan energi Eropa” jika terjadi kemungkinan kekurangan.
Namun, analis Tagliapeitra mengatakan bahwa dengan banyaknya kapasitas ekspor baru yang telah disetujui, keputusan Biden “tidak akan berdampak jangka pendek atau bahkan jangka menengah terhadap Eropa.”
Kapasitas LNG AS telah meningkat dua kali lipat sejak ekspor dimulai kurang dari satu dekade yang lalu, dan kapasitas tersebut akan meningkat dua kali lipat lagi berdasarkan proyek yang telah disetujui.
Kebijakan menginvestasikan lebih banyak uang pada infrastruktur bahan bakar fosil juga sedang diperdebatkan di Eropa, yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 55% dibandingkan tingkat emisi tahun 1990 pada tahun 2030.
Baca Juga:Jokowi Tegaskan ASN, TNI, Polri, dan BIN Netral Jaga Kedaulatan Rakyat: Saya Tidak akan BerkampanyeKorem 063/SGJ Gelar Sosialisasi Netralitas TNI dalam Pemilu dan Pilkada 2024
Permintaan gas di Eropa diperkirakan akan turun 8% pada tahun 2022-2026 karena peningkatan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.