Ketiga yang termasuk dokteroid menurut IDI adalah seseorang yang memberikan seminar kedokteran padahal ia tidak termasuk dokter. Keempat, dokter asing yang membuka praktik tanpa izin di Indonesia.
“Ini adalah concern bagi kami, bukan hanya saat ini tapi juga beberapa tahun yang lalu,” ujar Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi, SpOT dalam webinar pada Selasa (6/2).
“Karena banyaknya dokter-dokter palsu, maka ini adalah upaya kami melindungi masyarakat,” imbuhnya.
Baca Juga:Kontra Memori Kasasi Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti, Jejak Toba Sejahtra di Emas PapuaBebek Peking Panggang-Nasi Hainan Temani Imlek, Ini Resepnya
Nyaris Ancam Karier Pemain
Fenomena banyaknya dokteroid mengundang keprihatinan sendiri. Apalagi pada kasus terakhir, dokter gadungan tersebut sempat menukangi beberapa tim sepakbola dalam negeri, bahkan Timnas U-19.
Menanggapi itu, anggota Biro Hukum Pembinan dan Pembelaan Anggota PB IDI Gregorius Yoga Panji Asmara mengungkapkan, memerangi keberadaan dokteroid merupakan tanggung jawab bersama.
”Kesehatan membutuhkan peran dokter yang sungguh dokter, dan keterlibatan masyarakat secara luas. IDI sebagai mitra masyarakat dan bagian dari masyarakat ikut andil juga dalam memerangi ini,” kata Gregorius.
Gregorius menambahkan, dokter di bidang olahraga memiliki peran yang sangat penting. Di antaranya memberikan pelayanan di dalam dan luar rumah sakit, serta proses recovery atau pemulihan. Dokter dalam sebuah tim olahraga, khususnya sepakbola, memiliki peranan penting.
“Kebutuhan tentang kedokteran olahraga menurut paper tahun 2022, yakni mencakup pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan, di dalam rumah sakit, di luar rumah sakit, maupun sifatnya recovery atau pemulihan,” kata Gregorius.
Dalam kesempatan yang sama, Gregorius juga menjelaskan data pada turnamen besar, Piala Dunia. Menurut survei dari Piala Dunia sebelumnya, yang paling terjadi adalah terkait musculoskeletal atau otot tulang, kejadian terhadap ini ditemukan satu sampai dua kali kejadian setiap pertandingan.
Keberadaan Elwizan sebagai dokter gadungan nyaris membuat karier penjaga gawang Timnas Indonesia Ernando Ari Sutaryadi tamat. Ia sempat mengalami cedera bahu kiri ketika melakoni pemusatan latihan bersama Timnas U-19.
Baca Juga:KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 Masuk Laut Merah, Bawa Bantuan untuk PalestinaPeristiwa Penting dalam Kehidupan Raja Charles III
Kala itu Elwizan Aminuddin tidak menyarankan operasi kepada sang pemain dan hanya meminta Ernando beristirahat. Hal ini rupanya membuat kondisinya kian parah, namun akhirnya naik meja bedah pada 9 Agustus 2020.