Angka Tenaga Kerja Lulusan SD Tinggi
Di sisi lain, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyayangkan ketiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo tidak menyentuh isu tersebut dalam Debat Kelima Pilpres 2024, Minggu (4/1). Padahal debat pamungkas itu mengangkat tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, serta kesejahteraan sosial dan inklusi.
“Menyimak debat Capres isu pendidikan, P2G menilai belum menyentuh persoalan fundamental pendidikan nasional,” katanya Satriwan.
Selain itu, Debat Capres akhir pekan kemarin juga tidak memberikan solusi mengenai fakta bahwa saat ini angkatan kerja lulusan SD masih mendominasi.
Baca Juga:Caleg PAN DPRD Kabupaten Lampung Timur Lakukan Politik Uang Divonis 8 BulanIsu Pencucian Uang Raffi Ahmad, NCW: Tidak Menuduh, Dugaan Itu Amplifikasi Dua Laporan yang Masuk
BPS menunjukan sampai tahun 2023 secara bertingkat angkatan kerja lulusan SD 39,76 persen, lulusan SMA 19,18 persen, lulusan SMP 18,24 persen, sisanya lulusan Perguruan Tinggi D1-3 2,20 persen dan D4, S1,S2,S3 sebesar 9,13 persen. Ini artinya produktivitas tenaga kerja Indonesia masih dihasilkan lulusan SD.
“Kenapa keterserapan angkatan kerja lulusan SD masih dominan? Mestinya makin tinggi jenjangnya, maka makin besar angkatan kerjanya. Ini seharusnya bisa dijawab dalam Debat Capres, tapi tidak disentuh,” ucap Satriwan lagi.
Sementara itu, menurut Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Dita Indah Sari mengatakan ini menjadi tantangan pemerintah dalam mengatasi pengangguran intelektual yang sekarang marak terjadi di Indonesia.
“Pengangguran orang berpendidikan, itu yang kita hadapi sekarang, jadi yang pendidikannya rendah tidak bisa lebih sejahtera, sementara yang pendidikannya tinggi susah mendapat kerja, itu problemnya,” ujar Dita.
Selain itu, Dita juga mengatakan alasan lulusan SD maupun SMP lebih sedikit menganggur karena memiliki daya survive lebih tinggi sehingga lebih mudah menerima pekerjaan apa pun.
“Jadi SD dan SMP punya daya survive lebih besar, punya kemampuan menerima pekerjaan apa pun, tidak terlalu memilih, yang penting mereka kerja, itu yang membuat tingkat pengangguran didominasi oleh tingkat SMA, SMK,” kata Dita menjelaskan. (*)