CALON Presiden (Capres) Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo menyinggung mengenai kritikan yang belakangan datang dari akademisi di sejumlah kampus Indonesia. Kritikan itu, kata Ganjar, demi memastikan demokrasi berjalan dengan baik.
“Keresahan yang muncul, baik itu dari Gus Mus, Muhammadiyah, Romo Magnis, Gunawan Muhammad, dan kampus-kampus mesti menjadi catatan kita bersama bahwa kita dalam konteks berindonesia, berbudaya, harus dalam koridor yang baik,” kata Ganjar dalam pemaparan visi dan misi di JCC, Jakarta Pusat, Minggu (4/2).
Ganjar mengaku, dirinya bersama dengan Mahfud MD selalu mendengarkan suara rakyat selama masa kampanye. Salah satunya terkait kalangan perempuan dan disabilitas di Jogja yang masih terpinggirkan.
Baca Juga:Prabowo Paparkan Pendidikan Strategis, Kita Perbaiki Gaji GuruKPU Buka Debat Kelima Pilpres 2024, Ingatkan Capres Agar Manfaatkan Momen Berikan Edukasi Pemilih
“Tolong betul. Adalah sekolah makin inklusi dan mereka tidak mendapatkan perlakuan yang diskriminatif. Setelah itu mereka dapat bekerja dan tentu saja keterampilan yang dia dapatkan melalui pendidikan yg baik akan merespons pendapatan dan upah yang baik,” ungkap Ganjar.
Saat bertemu dengan kalangan buruh, kata Ganjar, disampaikan juga mengenai harapan me-review UU Ciptaker. Hal itu karena mereka perlu mendapatkan keseimbangan nasib.
Lebih lanjut Ganjar memaparkan bahwa pembangunan harus berorientasi pada manusia. Berbudi pekerti yang baik, sopan, toleran. Adigang, adigung, adiguna harus terus dijunjung.
“Sehingga mereka, menjadi manusia yang lengkap. Ini bisa terjadi jika digitalisasi kita lakukan, infrastruktur, teknologinya baik, internetnya bisa cepat dan mereka bisa mendapatkan media yg bagus untuk mengembangkan diri,” ucap Ganjar.
Tak lupa Ganjar mengingatkan, dalam program kerjanya juga telah direncanakan satu desa, satu faskes, dan satu nakes. Hal itu diklaimnya akan menyetarakan ibu, anak, lansia, disabilitas, masyarkat adat. (*)