KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan nasional melalui langkah transformasi pendidikan yang komprehensif.
Dengan fokus pada inovasi kurikulum, pemberdayaan guru, dan penerapan teknologi di kelas, Kemendikbudristek berupaya memastikan setiap anak memiliki akses ke pendidikan berkualitas, guna menciptakan lompatan besar dalam pendidikan Indonesia.
Merdeka Belajar, sebagai paradigma pembelajaran yang berorientasi pada murid, menjadi sebuah cara yang tepat dalam melihat esensi transformasi pendidikan.
Baca Juga:Undercover Agent Ungkap Jaringan Narkoba Internasional Fredy Pratama, Mantan Kasat Narkoba Polres Lampung Selatan Dituntut Hukuman Mati5 Manifesto Politik Aliansi Sivitas Akademika Universitas Andalas: Oligarki Resahkan Seluruh Pihak
Melalui program ini, sekolah dan guru dapat benar-benar fokus menjalankan tugasnya, yaitu mendorong pembelajaran di kelas sesuai tingkat kompetensi siswa.
“Setelah merasakan hasil dari pembelajaran yang berpusat pada siswa, menurut saya orang-orang akan berusaha keras untuk mempertahankannya,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Hasil PISA dan Transformasi Pendidikan di Indonesia” yang disiarkan melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI, Sabtu (3/2).
Oleh karena itu, menjaga transformasi pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik, tentu menjadi prioritas bagi semua pihak. Lebih lanjut Mendikbudristek menjelaskan tiga faktor utama yang berdampak pada keberlanjutan Merdeka Belajar di masa mendatang.
Pertama, keberadaan ratusan ribu Guru Penggerak yang menjadi agen perubahan membawa paradigma baru di dunia pendidikan dan ikut membawa pengaruh positif bagi guru-guru lainnya.
Kedua, sebanyak 80 persen sekolah di Indonesia secara sukarela telah mulai mempelajari tentang prinsip, ide, dan mengimplementasikan bagian-bagian dari Kurikulum Merdeka.
Terakhir, revolusi digital melalui platform-platform pendukung pembelajaran yang telah diluncurkan oleh Kemendikbudristek.
Ia juga menekankan untuk tidak memandang gerakan ini sebagai kebijakan pemerintah yang bersifat top-down, melainkan fokus pada gerakan akar rumput.
Baca Juga:Sempat Tak Kunjung Terungkap, Akhirnya Berkas P21 Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang RampungTerhitung 4 Tahun Jadi Komisaris Utama Pertamina, Alasan Ahok Mundur Ikut Kampanye Paslon Ganjar-Mahfud MD, Ini Isi Surat Pengunduran Dirinya
“Di negara berkembang seperti Indonesia, sistem pendidikan harus selalu memprioritaskan para murid yang tertinggal. Diperlukan mandat yang jelas tentang kebijakan pemerintah agar benar-benar memprioritaskan kurikulum serta pengajaran dengan berfokus pada mereka yang berpotensi tertinggal,” kata Mendikbudristek.
Bukti konkret transformasi pendidikan nasional, salah satunya terlihat dalam penanganan pandemi Covid-19 lalu. Pandemi Covid-19 telah memaksa sektor pendidikan bertransformasi secara cepat.