Analis politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai Jokowi akan mempertimbangkan dengan masak nama kandidat menkopolhukam pengganti Mahfud dengan latar belakang profesional, alumni militer atau parpol dengan perhitungan yang matang. Ia juga menilai pemilihan kandidat akan mempertimbangkan situasi politik mendatang seperti pemilu.
Arifki mengatakan, pengganti Mahfud sebaiknya langsung definitif, jangan hanya ad interim. Sebab, keputusan-keputusan yang diambil akan lebih strategis bila menteri ditunjuk secara definitif.
“Saya rasa ini juga akan diambil dalam momen-momen genting bagi presiden apalagi menjelang Pilpres 2024,” kata Arifki.
Baca Juga:Sederet Pernyataan Mahfud MD Mundur Sebagai Menko Polhukam, Jokowi: Sore Mungkin KetemuDPR Pertimbangkan Netralitas Kades hingga Putuskan Revisi UU Desa Dibahas Saat Situasi Politik Tidak Memanas
Arifki menambahkan, “Tentu koordinasi-koordinasi kementerian yang cukup cepat sehingga tidak terkesan ini arahan dan juga langkah politik yang tidak strategi. Saya rasa pilihan-pilihan ini juga akan dipilih presiden untuk menjaga kenyamanan dan juga ruang politik yang lebih baik.”
Akan tetapi, Arifki belum dapat memprediksi siapa yang mungkin menggantikan Mahfud. Namun, ia menduga pemilihan menkopolhukam akan melihat Prabowo sebagai menteri pertahanan. Ia yakin Jokowi akan memilih menko yang bersifat mampu bekerja sama dengan semua pihak.
Jika ditanya nama, kata Arifki, nama Moeldoko atau Wiranto bisa menjadi kandidat. Wiranto merupakan mantan menkopolhukam, sementara Moeldoko adalah pejabat senior di pemerintahan. Di sisi lain, AHY juga bisa masuk bursa karena kursi tersebut merupakan kursi strategis.
Di sisi lain, Arifki meyakini Jokowi akan memilih menkopolhukam yang berpengalaman dalam menjaga keamanan.
“Tentu pertimbangan-pertimbangan lebih konkret, tentu Pak Jokowi memilih menkopolhukam yang berpengalaman dan konkret melakukan eksekusi untuk menjaga juga situasi politik,” kata dia.
Sementara itu, analis politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah, menilai tidak akan ada perubahan signifikan usai Mahfud mundur. Kursi menkopolhukam akan dilihat Jokowi sebagai kursi menteri seperti pada umumnya.
Dedi justru menilai, aksi mundur Mahfud tidak akan menguntungkan secara politik. “Dari sisi momentum tidak banyak perubahan, terlebih Mahfud mundur sudah banyak tokoh yang siap gantikan, juga mundurnya Mahfud dalam situasi yang tidak genting bagi pemerintah,” kata Dedi.
Baca Juga:Dulu Almas Tsaqibbirru Jadi Pembela Kini Gugat Gibran Rakabuming Raka, Ono Opo?KPK Panggil Anggota DPR Ribka Tjiptaning Terkait Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Sistem Proteksi TKI di Kemnaker
Dedi juga melihat, Jokowi punya sejumlah kandidat untuk kebutuhan politiknya. Menurut Dedi, untuk mengisi posisi menkopolhukam, ada sejumlah scenario yang mungkin dilakukan Jokowi, salah satunya menggeser menteri seperti Hadi Tjahjanto atau Tito Karnavian.