Singel ini direkam dan dijual untuk mengumpulkan dana bagi upaya penanggulangan kelaparan yang pada tahun 1984-1985 sangat parah terjadi di Ethiopia akibat instabilitas politik dan musibah kekeringan.
“Saya didatangi oleh seorang agen FBI internasional, bahwa ada pemalsuan kaset dalam jumlah banyak, jutaan,” tutur Soeko menceritakan awal ia mengenal profesi ini.
Menurut Agen FBI yang menemuinya, pembajakan kaset proyek ‘We Are the World’ itu mencapai angka sekitar 2,5 juta kaset perbulan. Dan, datangnya dari Indonesia.
Baca Juga:Tuntut Revisi UU Desa, Massa Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia Bubarkan Diri Usai Ada Kesepakatan dengan DPRRusuh Demo Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia Depan Gedung DPR/MPR RI, Kapolda Metro Jaya: Massa Rusak Beton Pagar
“Agen itu datang kepada saya lewat teman saya yang punya perusahaan Private Investigator,” jelas Soeko. Ia kemudian menangani kasus tersebut dan sukses.
Berbekal keberhasilannya, Soeko kemudian ditawari menangani kasus besar lainnya. Semula kasus ini ditangani FBI, tapi selama empat tahun berjalan, tidak juga bisa tuntas.
Kasus ini ketika ditangani oleh Soeko, selesai dalam hitungan hari. Sewaktu terbongkar, ternyata bukan hanya bisnis pemalsuan jam tangan [Rolex] saja.
“Waktu saya masuk, ternyata bukan hanya itu saja. Saya menemukan di situ [ada] perdagangan senjata. Ada granat, ada rocket launcher, segala macam. Untuk kebutuhan teroris,” kata Soeko.
Bos Soeko, pemilik perusahaan Private Investigator, tertarik dan senang dengan cara Soeko melakukan menyelidikan. Sebab Soeko menggunakan gaya apa adanya sebagai orang awam.
Salah satu trik Soeko adalah memainkan laku yang ia sebut plonga-plongo. Malah dengan gayanya ini, ia dianggap lugu lalu diajari oleh pihak penjahat, ‘oh harusnya begini, harusnya begini’.
“Jadi kalau saya bertindak atau jalan seperti polisi, bawa senjata, malah saya dicurigai dan bisa berbahaya buat saya,” ujar Soeko.
Baca Juga:Petisi Bulaksumur, Profesor Koentjoro: Jokowi Sebagai Alumni Semestinya Pegang Jati Diri UGMPolda Papua: Ada Indikasi Kelompok Kriminal Bersenjata Egianus Kogoya akan Sandera Istri Phillip Mehrtens
Dalam menjalankan tugasnya, Soeko tidak merasa takut. Ia hanya berpikir bagaimana sebuah kasus harus dipecahkan. Dalam benak Soeko, ‘dia tidak tahu saya, tapi saya tahu dia’.
Namun suatu ketika, perasaan takut itu datang juga. Ia menyadarinya setelah mampu melepaskan diri dari todongan senjata yang mengarah ke pelipis.
“Saya menyelidiki seseorang, yang kemudian masuk penjara. Tiga tahun kemudian [setelah bebas] dia melihat saya di rumah orang yang [sedang] saya selidiki. Dia di situ juga,” tuturnya.