Saat ini telah ada 81 proyek strategis dengan dana 235 triliun Rupiah yang telah dilegalkan dengan Perpres No. 81/2021. Badan Pengelola Kawasan Metropolitan Rebana akan memastikan Daerah untuk mendapatkan proyek-proyek tersebut dan akan membantu mendatangkan investasi.
Pada era Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjabarkan pembangunan Kawasan Metropolitan Rebana diproyeksikan dapat mendongkrak perekonomian hingga 7,16% dan menciptakan 4,49 juta lapangan pekerjaan baru. Kawasan ini diproyeksikan pula dapat meningkatkan investasi sebesar 7,77%.
Sampai 2023, ada 81 proyek prioritas di Kawasan Rebana dengan nilai investasi sebesar Rp 234,59 triliun. Proyek-proyek itu ditargetkan akan selesai pada 2030 mendatang.
Baca Juga:Hilirisasi Nikel Melanggar Hak Asasi Penduduk LokalKawasan Rebana Metropolitan: Harta Karun dan Kerusakan Ekologis yang Mengkhawatirkan
Selain keberadaan beberapa proyek terkait dengan transportasi untuk mendukung integrasi kawasan, ada 13 kawasan perindustrian atau Kawasan Peruntukan Industri (KPI) yang dirancang untuk mendorong perekonomian Kawasan Rebana. Ke-13 kawasan perindustrian itu mencakup Cipali Subang Barat, Cipali Subang Timur, Cipali Indramayu, Butom, Kertajati, Jatiwangi, Cirebon, Krangkeng, Tukdana, Balongan, Losarang, Patrol dan Patimban.
Kota Cirebon: Ibu Kota Kawasan Rebana Metropolitan
Dalam konteks kawasan metropolitan Bernardus Djonoputro mengatakan, Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan akan diarahkan menjadi kota/kabupaten dengan tujuan pariwisata yang kuat. Sementara, pusat gravitasi ekonomi berada di sekitar Bandara Kertajati dan wilayah Majalengka. Secara spesifik, Kota Cirebon bisa dikatakan sebagai ibu kota Kawasan Metropolitan Rebana.
Kota Cirebon perlu mempersiapkan diri sebagai tujuan pariwisata level 1 dengan mengembangkan MICE kelas bintang 5 ke atas. Secara fisik, infrastruktur yang dibangun barangkali tidak harus seperti ITDC atau Mandalika, tetapi memiliki sarana dan prasarana wisata yang sangat-sangat memadai dengan dengan karakteristik lokal dan layanan budaya lokal yang sangat kental, sehingga dapat dan berani menyelenggarakan event-event internasional, seperti KTT Asean, Meeting G20, dan lain sebagainya.
Salah satu pelayanan jasa yang sangat paling mungkin dikembangkan adalah pelayanan jasa wisata dengan segala turunannya. Seperti halnya Inggris, Austria, Jerman, Swiss, dan negara lainnya yang masih memiliki peninggalan monarki yang cukup kuat, semua aset kerajaannya menjelma menjadi destinasi tujuan wisata kelas dunia; tempat bagi mereka (para wisatawan) belajar tentang kebudayaan dan sejarah.