BEDIL meletus di Dealey Plaza Dallas, Texas, Amerika Serikat, pada 22 November 1963 siang. Tiga peluru mengenai leher, bahu, dan kepala presiden ke-35 AS John Fitzgerald Kennedy. JFK tak sadarkan diri.
Sebelumnya, siang itu JFK bersama istrinya, Jacqueline Kennedy, dan Gubernur Texas John Connaly beserta rombongan tengah melakukan pawai iring-iringan di Dallas. JFK dan Jacqueline mengendarai limosin kepresidenan tanpa atap. Keduanya melambaikan tangan ke arah ribuan warga yang menyambut hangat di sepanjang jalan. Selang beberapa saat kemudian, mereka kocar-kacir begitu mendengar suara tembakan, dan JFK terkulai bersimbah darah.
Puluhan ribu kilometer dari Dallas, kabar itu sampai di telinga presiden pertama Indonesia Sukarno, yang tengah bersiap menggelar rapat dengan para menterinya di Istana Bogor. Bung Karno menyampaikan duka mendalam. Dia kehilangan salah satu sahabat dan sekutu terdekatnya.
Baca Juga:Surya Paloh: Kita Tidak Boleh Campuradukkan Antara Hak Pribadi, Hak Keluarga dengan Hak PublikJokowi-AHY Bahas Situasi Politik Terkini: Sekitar 45 Menit Sarapan
JFK sebetulnya sudah merencanakan datang ke Indonesia pada 1964, setelah Bung Karno menemuinya di Gedung Putih pada 1961.
Presiden Sukarno merasa gembira pada janji JFK. Setiba di Tanah Air, dia membentuk tim arsitek yang dipimpin Darsono untuk membangun guest house (Wisma Negara). Wisma ini sengaja dibangun Bung Karno untuk tempat tinggal Kennedy selama di Jakarta.
“Untuk menghormatinya, Bapak membangun sebuah guest house yang baru dan luks di halaman samping istana agar sahabatnya itu bisa tinggal dengan lebih comfort di Indonesia,” tulis Guntur Soekarnoputra dalam buku, ‘Bung Karno & Kesayangannya’.
Tahun 1962 gedung Wisma Negara mulai dibangun dan dijadwalkan selesai pengerjaannya pada 1964 saat JFK ke Jakarta. Namun, 22 November 1963, Presiden JFK tewas tertembak di Dallas, Amerika Serikat.
Penantian Sukarno pupus sudah. “Ia (Kennedy) memahami saya. Saya merancang dan membangun paviliun khusus di Istana untuk John F Kennedy. Sekarang ia tidak akan pernah datang. Katakan pada saya, kenapa mereka membunuh Kennedy,” kata Sukarno seperti dikutip dari buku ‘Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’ karya Cindy Adams.
Megawati Soekarnoputri saat memberikan pidato dalam peluncuran tiga seri buku tentang Bung Karno terbitan majalah Historia dan Penerbit Buku Kompas mengatakan Presiden Sukarno sangat sedih atas berita kematian Kennedy.