SEORANG pengusaha asal Korea Selatan (Korsel) mengalami pengalaman yang tidak terduga selama perjalanannya ke Tiongkok baru-baru ini, karena buku catatan yang dibawanya.
Alasan penahanannya di Bandara Sunan Taoxian, Tiongkok yaitu karena di buku catatannya berisi peta dunia yang menggambarkan Taiwan sebagai sebuah negara yang terpisah dengan Tiongkok.
Insiden tersebut terjadi pada tanggal 24 Januari, ketika petugas bea cukai menahan pengusaha berusia sekitar 70 tahun itu selama sekitar satu jam.
Baca Juga:Kill the Messenger – Kisah Nyata Wartawan Gary Webb Ungkap Keterlibatan CIA dalam Perdagangan KokainBentrok Saat Sweeping di Lokasi Perjudian Wilayah Colomadu, Anggota Ormas Islam Jadi Korban Penembakan OTK, Polisi Diminta Segera Temukan Pelaku
Peta di buku catatannya juga menghilangkan wilayah Xinjiang dari wilayah Tiongkok, yang menarik perhatian otoritas bandara sehingga mendorong mereka untuk menahannya untuk penyelidikan lebih lanjut.
Situasi tersebut dapat terselesaikan dengan baik, ketika pria tersebut setuju untuk menghapus peta dunia yang diperdebatkan dari buku catatannya, dan menyerahkannya kepada petugas bea cukai.
Setelah menjalankan bisnis di Tiongkok selama lebih dari tiga dekade, pria tersebut menyatakan keterkejutannya atas kejadian ini, dan menyatakan bahwa ia tidak pernah mengalami masalah seperti ini sebelumnya.
Peristiwa ini menggarisbawahi sensitivitas topik geopolitik tertentu, terutama mengenai peta dan representasi teritorial, dalam perjalanan serta bisnis internasional.
“Kami telah secara resmi meminta pihak berwenang Tiongkok, untuk memberikan rincian mengenai penyelidikan terhadap warga negara kami,” pernyataan seorang perwakilan dari konsulat jenderal Korea Selatan di Sunan.
Lebih lanjut, mereka menyebutkan niatnya untuk mencari langkah-langkah pencegahan terhadap potensi terulangnya kejadian serupa, jika tindakan yang diambil dianggap berlebihan.
Perkembangan terbaru telah menyoroti sensitivitas yang meningkat seputar representasi geopolitik dalam peta. Otoritas bea cukai di pelabuhan Xiamen dan Jingtan dilaporkan telah menyita sekitar 10 peta.
Baca Juga:Prabowo Subianto Ungkap Penyebab Kekalahannya Saat Pemilu 2014 dan 2019Guru Honorer Se-Jabar Doa-Dzikir untuk Kemenangan Prabowo-Gibran
Tindakan ini dilakukan ketika peta-peta tersebut tidak mengakui Tibet sebagai bagian dari Tiongkok, atau ketika Taiwan digambarkan sebagai sebuah negara merdeka.
Langkah-langkah penegakan hukum ini sejalan dengan peraturan bea cukai yang dirancang untuk menjaga persatuan, kedaulatan, dan keutuhan wilayah negara.
Dikutip dari Allkpop, peraturan tersebut dimaksudkan untuk mencegah masuknya materi cetak, atau visual yang dapat dianggap menantang prinsip-prinsip ini.
Meskipun pihak berwenang Tiongkok telah menerapkan langkah-langkah yang bersahabat untuk menarik pengunjung asing, insiden seperti penahanan di bandara karena masalah yang berhubungan dengan peta masih terus terjadi. (*)