Namun, partai-partai itu tak terdengar lagi saat ini. Di luar kiprahnya di dunia politik,
Yenny juga tercatat sebagai Direktur The Wahid Institute, sebuah organisasi yang didirikannya dengan Gus Dur, merupakan lembaga yang punya misi mewujudkan cita-cita intelektual Gus Dur dalam membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme, dan toleransi.
Caleg nomor urut 2 Partai Perindo untuk DPR dari dapil 8 Jabar meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu asal Partai Perindo Dean Herdesviana yang ditemani Ketua DPW Jawa Barat Partai Perindo sekaligus caleg DPR RI Partai Perindo Dapil Jabar 11, Brigjend TNI (Purn) H. Umar Sanusi, S. Sos., M. Si yang turut menghadiri kampanye akbar bertajuk ‘Hajatan Rakyat’ ini digelar di Stadion Bima, Cirebon, Jawa Barat, sangat mengagumi sosok Yenny Wahid yang pernah bekerja sebagai wartawan pasca lulus studi desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti.
Baca Juga:Konsisten Sebut Pendukung Setianya: Mas Heru Subagia dari PAN, Ganjar Ingin Indonesia Punya Strategi Besar untuk Ketahanan BudayaMomen Prabowo Subianto Kenang Masa Lalu bersama Agus Jabo-Budiman Sudjatmiko: Sorry Man, Dahulu Gue Kejar-kejar
Kerja jurnalistik yang dilakukan Yenny tak main-main, ia berani ambil risiko untuk meliput Timor Timur dan Aceh meski banyak reporter memilih keluar dari wilayah itu karena kerusuhan dan krisis di akhir dekade 90-an.
Yenny bertugas sebagai koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award, penghargaan bergengsi dari Australia untuk karya jurnalistik.
Ia juga sempat meliput kerusuhan 1998, tapi memutuskan berhenti menjadi wartawan sejak Gus Dur terpilih menjadi presiden RI ke-4. Yenny memilih mendampingi sang ayah dengan mengambil posisi sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.
Setelah Gus Dur lengser, Yenny mengejar titel Magister Administrasi Publik dari Universitas Harvard dengan beasiswa Mason. Sepulangnya ia dari Amerika Serikat pada tahun 2004, Yenny mengelola pendirian Wahid Institute dan bertindak selaku direktur hingga saat ini.
“Tokoh wanita yang berani, kuat. cerdas dalam berpikir, bertindak dan bersuara. Memiliki kelebihan kecerdasan secara intelrktual maupun spiritual. Namun tetap berjiwa nasionalis. Mbak Yenny Wahid dengan suara lantang mengajak masyarakat Cirebon untuk memilih calon pemimpin yang memiliki integritas, dan keberpihakannya pada masyarakat bawah,” ungkap Dean, Sabtu (27/1).