Tokoh politisi perempuan, Yenny Wahid sejak deklarasi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat 27 Oktober 2023 ini tegas mendukung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai capres-cawapres.
Mahfud MD merupakan sosok warga Nahdlatul Ulama yang juga setia dengan sosok Gus Dur.
“Prof Mahfud MD adalah orang yang selama ini dekat dengan kami, beliau adalah orang NU yang juga kader Gus Dur,” kata Yenny.
Baca Juga:Konsisten Sebut Pendukung Setianya: Mas Heru Subagia dari PAN, Ganjar Ingin Indonesia Punya Strategi Besar untuk Ketahanan BudayaMomen Prabowo Subianto Kenang Masa Lalu bersama Agus Jabo-Budiman Sudjatmiko: Sorry Man, Dahulu Gue Kejar-kejar
Berdasarkan kedekatan dengan Gus Dur tersebut, Yenny dan Barikade Gus Dur akhirnya memberi dukungan penuh ke Ganjar-Mahfud MD.
“Karena kedekatan rasa tersebut, kedekatan hati kami. Maka kami, barisan para kader Gus Dur menyatakan menudukung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD,” tuturnya.
Memiliki nama lengkap Zannuba Arifah Chafsoh Rahman, Yenny mengawali karier politiknya sebagai pengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejak 2005.
Namanya semakin meroket kala ia menjadi Sekretaris Jenderal PKB dua tahun kemudian.
Bahkan, ia sempat ditunjuk sebagai staf khusus Presiden ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di bidang komunikasi politik, dikutip dari Harian Kompas, 27 Februari 2006.
Sayangnya, jabatan itu tak berlangsung lama. Sebab, ia mengundurkan diri pada 2007, tak lama setelah ditunjuk menjadi Sekjen PKB.
Yenny beralasan, tak mudah menjabat sebagai Sekjen sekaligus Stafsus Presiden.
Namun, belakangan diketahui bahwa Yenny merasa mendapatkan tugas tanpa kewenangan. Posisinya pun hanya disebut sebagai pajangan.
Baca Juga:Bersama Thariq Halilintar, Dean Herdesviana dan Ahmad Farabi Ajak Gen Z Peduli Literasi Digital dan Selektif dalam BermedsosBersama Ganjar Pranowo di Stadion Bima Kota Cirebon, Dean Herdesviana Ajak Milenial Lirik Sektor Pertanian
Harian Kompas, 12 Juni 2008 mencatat, Yenny mengaku tidak punya akses langsung ke presiden SBY.
Karenanya, ia kerap tidak yakin bahwa hasil kerjanya sampai dengan utuh di tangan presiden. Akses informasi dari presiden kepadanya juga sangat minim.
Pada 2008, dualisme PKB membuat namanya sempat meredup. Ia juga diberhentikan dari jabatannya sebagai Sekjen PKB pada tahun yang sama.
Sebab, Yenny dianggap melakukan tindakan indisipliner oleh Muhaimain Iskandar.
Selanjutnya, Yenny sempat mendirikan sejumlah partai baru, ia menjabat sebagai ketua umum pada periode 2008-2012. Pada 2012, Partai Kedaulatan Bangsa melebur dengan Partai Indonesia Baru (PIB) dan mendeklarasikan diri sebagai Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) pada 12 Juli 2012. PKBIB sempat mendaftar menjadi peserta Pemilu 2014, namun gagal dalam tahapan verifikasi.