“[Yayasan itu] seolah-olah sebagai amal, tetapi yayasan itu juga merupakan gana gelap raksasa untuk proyek investasi Soeharto dan kroni-kroninya, serta untuk mesin politik Soeharto itu sendiri,” ungkap laporan Time.
Belakangan, kegiatan bisnis juga dilakukan oleh putra-putri Soeharto. Nama besar bapaknya sebagai penguasa negeri memuluskan tiap langkah mereka. Tidak ada perusahaan yang berani menolak tawaran kerjasama. Kerajaan bisnis ini didukung oleh Soeharto. Satu yang fenomenal adalah keterkaitan bisnis anaknya, Tommy dan Bambang, di sektor perminyakan.
Cerita bermula dari keputusan pemerintah untuk melakukan ekspor-impor sebagian minyak lewat Perta Oil Marketing dan Permindo Oil Trading, perusahaan milik Tommy dan Bambang. Perusahaan anaknya itu mematok 0,30 – 0,35 dollar AS per barel. Belakangan diketahui kalau sebetulnya Pertamina mampu melakukan ekspor-impor sendiri tanpa perusahaan keluarga Soeharto. Artinya, perusahaan itu memang sengaja ingin mencari untung sendiri dari bisnis minyak yang sedang trend kala itu.
Baca Juga:Kepala Otoritas Ibu Kota Nusantara: Target Investasi pada 2024 Capai Rp100 TriliunHary Tanoe Kecewa Tak Bisa Bertemu, Heran Ponsel Aiman Disita
Tak cukup sampai disitu, keluarga Soeharto banyak menjalin kontrak usaha dengan Pertamina di sektor asuransi, keamanan, pasokan makanan, dan layanan lainnya. Perjalanan panjang Soeharto mengeruk kekayaan akhirnya harus dibayar mahal. Oleh Transparency International, dia dinobatkan sebagai presiden terkorup di dunia.
“Nama Soeharto bertengger di pucuk daftar koruptor sedunia, di atas bekas Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan bekas diktator Zaire Mobutu Sese Seko. Nilai korupsi keduanya terpaut cukup jauh dari Soeharto,” tulis The Guardian, 26 Maret 2004.
Tuduhan korupsi ini kemudian dibantah oleh pihak keluarga Soeharto. Proses pengadilan pun tidak pernah dilakukan kepada Presiden kedua itu. (*)