Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman keras atau mencari kerusakan. Namun ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.
“Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau,” ujar Bupati Begug kala itu.
Liang kubur Soeharto telah disiapkan dan memang sudah ada sejak dulu. Hanya ditutup atau ditimbun pasir dengan panjang 2,5 meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 2 meter. Di atas lubang itu, sudah ditutup dengan batu marmer, tetapi dengan mudah dapat dipecah lantaran sudah ada batasannya.
Baca Juga:Kepala Otoritas Ibu Kota Nusantara: Target Investasi pada 2024 Capai Rp100 TriliunHary Tanoe Kecewa Tak Bisa Bertemu, Heran Ponsel Aiman Disita
Sementara itu di halaman Astana Giribangun dan halaman parkir A di pasang beberapa tenda dan kursi. Jenazah Soeharto diterbangkan dari Jakarta menuju Solo pada hari Senin (28/1) pagi dan siangnya baru sampai di Astana Giribangun.
Karangan bunga ucapan belasungkawa sudah menghiasi halaman parkir B Astana Giribangun, di antaranya berasal dari Kapolri, Kapolda Jateng, Pangdam IV/Diponegoro, Bupati Karanganyar, dan Gubernur Jateng.
Dari dunia internasional, Menteri Luar Negeri Malaysia menyebut kematian Soeharto sebagai kehilangan yang luar biasa besar untuk kawasan Asia Tenggara.
Duta Besar AS, Camerone Hume menilai bekas orang nomer satu di Indonesia itu mewarisi pembangunan ekonomi dan sosial yang luar biasa. Sementara Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd menyebut Soeharto memainkan peran vital di kawasan, terutama dalam gerakan Non-Blok dan pembentukan ASEAN.
Soeharto berhasil memimpin Indonesia memasuki zaman modern dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, angka pengangguran yang rendah, dan tentu saja, stabilitas politik yang terjamin. Tim ekonomi orde baru dibawah kepeminpinan wakil perdana menteri Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan teknis dana moneter internasional atau international monetary found (IMF) menyiapkan sejumlah langkah yang mendesak guna menstabilkan ekonomi nasional.
Dalam menghadapi tingginya inflasi dan menggerakkan kembali roda perekonomian, pemerintah menyusun rencana program stabilisasi ekonomi komprehensif yang diberi nama Paket Kebijakan Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi (Paket Oktober 1966).
Paket tersebut terdiri dari 4 fokus kebijakan antara lain, kebijakan ‘dekontrol’ merombak sistem komando menjadi mekanisme pasar, dengan Dengan membekukan peran investasi asing dan dalam negeri serta menerbitkan UU Penanaman Modal Asing/PMA (1967) dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN (1968). Kebijakan Disiplin Fiskal dan Anggaran Berimbang yang menekankan penghematan belanja Negara dan subsisi, kemudian kebijakan moneter sebagai pengendali uang beredar, yakni dengan menaikkan suku bunga bank, suku bunga kredit (rata-rata naik 6-9 persen perbulan),Suku bunga simpanan (rata-rata naik 5 persen perbulan). Memulihkan neraca pembayaran juga menjadi kebijakan ekonomi dengan cara memperlancar ekspor impor, sitem kurs tunggal melalui mekanisme pasar, meningkatkan arus dana masuk, dan negosiasi utang luar negeri.