Ya, Anies dan Tom Lembong kerap disebut memiliki kesamaan dan diberi predikat sebagai “menteri pecatan Jokowi”.
Khusus bagi Tom, relasi dengan mantan Wali Kota Solo itu agaknya memiliki memori kurang menyenangkan. Pada awal 2019 lalu saat masih menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Tom curhat disebut “bodoh” oleh Presiden Jokowi di acara Rakornas lembaga yang dipimpinnya.
Sementara itu, Anies kerap dikabarkan memiliki hubungan tak harmonis dengan pemerintah pusat komando Jokowi saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga:Luhut-Bahlil Kritik Tajam Tom Lembong Soal IKN dan NikelFakta Baru Usai Rekonstruksi 21 Adegan Kasus Tukang Pijat Terapi Mutilasi Pria di Malang
Itu dikarenakan sejumlah program Anies yang tak mendapat restu pemerintah pusat. Kendati tak pernah sekalipun head-to-head secara langsung dalam bingkai komunikasi politik, Anies kepalang mendapat predikat lain sebagai antitesis Presiden Jokowi.
Di tengah proses politik 2024, tensi kian meningkat saat Anies dan Tom kerap mengekspose dan menguak celah kinerja pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi.
Secara sederhana, Anies dan Tom kompak dan secara bergantian membawa narasi perubahan dan berkebalikan dengan apa yang akan dan telah dilakukan sang presiden petahana.
Hal itu yang mungkin dirasakan oleh Gibran sebagai kandidat yang membawa narasi untuk melanjutkan. Dan boleh jadi, dengan turut menyeret nama Tom Lembong, Gibran telah menganggapnya sebagai urusan personal. Ihwal yang persis seperti kritik Sekjen PDIP Hasto Kristiyanyo saat merespons nama Tom Lembong yang “diseret” Gibran.
Namun, kembali, manuver dan kekompakan Anies dan Tom Lembong tampak membentuk pola tertentu saat berkaca pada keduanya yang memiliki rival yang sama (common enemy), sejarah buruk dengan sosok yang sama (collective grudges), dan kepentingan yang sama (common interest) yang mengerucut pada satu sosok, yakni Presiden Jokowi.
Walaupun jika perandaian kombinasi keduanya secara konkret dalam politik sebagai pasangan capres-cawapres tampak dapat membentuk kekuatan dahsyat karena pola tersebut, posisi saat ini di mana Tom seolah berperan sebagai orkestrator kiranya cukup positif. Mengapa demikian?
Warganet, terutama di Twitter atau X dan TikTok agaknya pernah menjadi saksi kekompakkan di antara Anies dan Tom Lembong saat keduanya sempat melakukan live bersama.