SENTIMEN Pemilihan Umum 2024 tidak akan berdampak signifikan terhadap keputusan investor asing pada instrumen investasi berjangka dalam jangka panjang. Sebab, keputusan berinvestasi oleh para investor cenderung dipengaruhi oleh arah kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Hal ini mengemuka dalam acara Smart Talk: Shifting Currents yang diselenggarakan oleh DBS Treasures Private Client di Jakarta, Rabu (24/1). Hadir sebagai pembicara adalah DBS Chief Investment Officer Hou Wey Fook, Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif, Senior Investment Strategist DBS Bank Singapore Dylan Cheang, Investment Analyst DBS Bank Singapore Goh Jun Yong, dan FX Strategist, Treasury & Markets DBS Bank Singapore Terence Wu.
Hou Wey Fook mengatakan, memang hasil dari pemilu memberikan sedikit kekhawatiran bagi para investor. Namun, secara historis, dampak pemilu tersebut hanya dirasakan dalam jangka waktu pendek dan tidak berpengaruh signifikan terhadap perekonomian hingga periode satu tahun.
Baca Juga:Tom Lembong, Mastermind di Balik Layar Duet Anies-IminLuhut-Bahlil Kritik Tajam Tom Lembong Soal IKN dan Nikel
”Bagi investor, yang terpenting pemilu dapat berlangsung secara kondusif. Di sisi lain, para kandidat juga bisa dibilang sudah cukup dikenal oleh para investor atau bukan orang yang sama sekali baru. Siapa pun yang menang, dampaknya relatif tidak signifikan,” katanya.
Menurut Hou, para investor justru akan melihat pertumbuhan ekonomi nasional dan arah kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemimpin selanjutnya. Terkait dengan kondisi perekonomian domestik ke depan, para investor asing diyakini masih memiliki prospek ketertarikan terhadap Indonesia.
Berdasarkan data settlement sejak awal tahun hingga 18 Januari 2024, modal asing mengalir masuk ke Indonesia sebesar Rp 29,22 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari beli neto investor asing sebesar Rp 5,72 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto investor asing di pasar saham sebesar Rp 9,83 triliun, serta beli neto investor asing di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia sebesar Rp 13,67 triliun.
Maynard Arif menambahkan, para investor asing cenderung lebih mempertimbangkan arah kebijakan suku bunga acuan The Fed ketimbang kontestasi politik yang saat ini masih berlangsung. Namun, mereka biasanya cenderung akan benar-benar wait and see begitu mendekati masa pencoblosan atau menjelang tanggal 14 Februari 2024 untuk melihat hasilnya.