Luhut-Bahlil Kritik Tajam Tom Lembong Soal IKN dan Nikel

Luhut-Bahlil Kritik Tajam Tom Lembong Soal IKN dan Nikel
Thomas Lembong
0 Komentar

“Saya masuk BKPM Oktober 2019, saya diwariskan pemimpin terdahulu saya investasi mangkrak Rp 708 triliun. Rp 708 triliun saya diwariskan investasi mangkrak. Dan Alhamdulillah dalam kurun waktu tak lebih dari 3 tahun investasi mangkrak tersebut mampu kami eksekusi sebesar Rp 558,7 triliun atau 78,9 persen,” kata Bahlil saat konpers di kantornya, Rabu (24/1).

Bahlil membandingkan tangan dinginnya menyelesaikan investasi mangkrak dibanding saat BKPM dipimpin Tom Lembong. Lulusan STIE Port Numbay Jayapura itu juga menyindir kampus tempat Tom Lembong menimba ilmu.

“Ini mangkrak 4 tahun 5 tahun. Pemimpin saya terdahulu enggak bisa menyelesaikan ini. Karena memang ilmu lapangan tidak ada sekolahnya di Harvard. Apalagi menyelesaikan masalah pemain-pemain lapangan,” kata Bahlil.

Baca Juga:Fakta Baru Usai Rekonstruksi 21 Adegan Kasus Tukang Pijat Terapi Mutilasi Pria di MalangDaya Saing Digital Indonesia Alami Peningkatan, Peringkat 45 Dunia

Selain itu, Bahlil juga merespons Tom Lembong yang vokal mengkritik pembangunan IKN. Menurut dia, halusinasi Tom Lembong sangat tinggi.

“Sahabat saya ini kadang-kadang halusinasinya tingkat tinggi. Pertama saya katakan bahwa total rancangan investasi di IKN itu kurang lebih Rp 500 triliun. Di mana kebijakan negara 20 persen dari APBN. Berapa 20 persen, kalau itu Rp 500 triliun berarti Rp 100 triliun. Kalau Rp 400 triliun berarti Rp 80 triliun,” tuturnya.

Bahlil mengatakan investasi sebesar itu tidak sekaligus langsung diguyur ke IKN. Paling tidak butuh waktu 10-20 tahun paling cepat untuk merealisasikan semuanya. Sementara, untuk menjawab kritik soal realisasi investasi di IKN, Bahlil mengatakan hal itu bisa dicek sendiri progres pembangunan di IKN sekarang.

“Teman teman bisa cek. Bangun hotel itu bukan dibangun pemerintah. Rumah sakit itu bukan dibangun pemerintah. Itu semua investor. Tempat olahraga, taman, itu semua swasta. Dan tahap pertama, itu kluster pertama. Itu disebut ring satu,” kata Bahlil. (*)

0 Komentar