Perhatian dunia adalah sesuatu yang didambakan oleh Houthi, kelompok militan dari pegunungan terpencil di Yaman, selama bertahun-tahun. Kapal pengangkut mobil yang mereka bajak dalam serangan pertama mereka kini berlabuh di lepas pantai Yaman, yang menjadi daya tarik bagi penduduk setempat.
Jika bukan karena tindakan AS dan sekutunya, “kami tidak akan menjadi kekuatan regional dan internasional,” ujar Mohammed al-Bukhaiti, anggota Dewan Politik Houthi, dalam sebuah wawancara telepon dari Sanaa. Dia bersumpah bahwa serangan akan terus berlanjut selama serangan Israel ke Gaza dan blokade daerah kantong tersebut masih berlangsung. “Kami yakin bahwa kami akan menang terlepas dari seberapa besar mereka mengerahkan kekuatan,” katanya.
Iran memasukkan kelompok ini bersama Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon ke dalam “poros perlawanan”. Persenjataan Houthi termasuk rudal balistik dan rudal jelajah, beberapa di antaranya diwarisi dari persenjataan era Soviet yang mereka rebut dalam perang saudara, yang telah diperbarui dengan teknologi Iran, menurut para analis militer.
Baca Juga:Pernyataan Jokowi soal Presiden Hingga Menteri Boleh Memihak dan Kampanye, KontraS: Sangat BerbahayaMenlu Retno Marsudi Walk Out Saat Dubes Israel Pidato di Dewan Keamanan PBB
“Iran sangat mempercayai Houthi,” kata Adnan Al-Gabarni, seorang spesialis Yaman tentang kelompok militan tersebut. Teheran memberikan dukungan tetapi “meninggalkan ruang bagi Houthi untuk bertindak sendiri.”
Pasokan minyak dan gas sejauh ini belum terpengaruh secara dramatis.
Rute Laut Merah telah menjadi koridor utama untuk kargo minyak Rusia setelah keputusan Eropa untuk berhenti membeli dari Moskow atas invasi ke Ukraina. Houthi mengatakan mereka tidak akan menargetkan kapal-kapal tersebut, meskipun dua kapal telah diserang, tampaknya secara tidak sengaja.
Beberapa produsen lain juga menggunakan rute tersebut, berharap untuk menghindari kemarahan Houthi. Sebagian besar minyak mentah Timur Tengah yang menuju ke Pantai Teluk AS telah melewati Tanjung Harapan karena minyak tersebut diangkut dengan kapal tanker yang terlalu besar untuk melewati Terusan Suez ketika terisi penuh.
Sejauh ini, China menghindari konflik Laut Merah. Negara perdagangan terbesar di dunia ini mengimpor sekitar setengah dari minyak mentahnya dari Timur Tengah, dan mengekspor lebih banyak ke Uni Eropa daripada AS. Houthi telah mengatakan bahwa mereka tidak akan menargetkan kapal-kapal China.