MENTERI Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan ekonomi Indonesia konsisten tumbuh 5% selepas pandemi Covid-19. Padahal, tidak banyak negara yang mencetak pertumbuhan sebesar itu, termasuk China dan Amerika Serikat (AS). Meski begitu, ia mengingatkan bahwa risiko ketidakpastian masih ada.
Airlangga menyatakan, Indonesia juga mampu menekan inflasi menjadi 5,51% pada 2022 dan 2,62% pada Desember 2023. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibarengi dengan inflasi rendah.
“Ini terjadi di tengah kondisi global yang sedang tak baik-baik saja. Memang, harga komoditas normal, meski masih ada perang Rusia-Ukraina. Adapun perang Hamas dan Israel yang meski melebar ke tempat lain belum mengubah harga minyak. Tetapi, risiko ketidakpastian masih ada,” kata Airlangga dalam acara Investor Daily Roundtable di Hotel Luxton Cirebon, Jawa Barat, Rabu (24/1) malam.
Baca Juga:Bentuk Koridor Cincin Nusantara Motor Baru Ekonomi Nasional, Lindungi Kawasan Pantura Jawa dari Efek Perubahan IklimDatang ke Cirebon, Airlangga Hartarto Target Menangkan 20 Persen Suara Nasional dan Menangkan Prabowo-Gibran 1 Putaran
Dia melanjutkan, El Nino membuat musim tanam padi terlambat. Akibatnya, panen kemungkinan mundur dari April menjadi Juni 2024.
Masalah pangan, kata dia, sangat diperhatikan oleh pemerintah. Apalagi, menjelang Ramadan 2024, setelah pemilu digelar. Bagi pemerintah, kesiapan pangan adalah masalah kritikal untuk mengatasi inflasi.
Maka dari itu, Airlangga menyatakan, demi pengamanan pangan, pemerintah mengimpor beras sebanyak 3,5 juta ton tahun 2023, sedangkan tahun ini rencananya 3 juta ton. Ini dilakukan karena produksi beras hanya 1,2 juta ton per bulan, sedangkan konsumsi berkisar 2-2,5 juta per bulan.
Dari sisi indikator makro, Airlangga menyatakan, rasio utang terhadap PDB masih terkendali, mencapai 38%. Artinya, struktur makro Indonesia masih sangat baik. Pemerintah, kata dia, melihat porsi konsumsi rumah tangga terhadap ekonomi juga masih kuat, mencapai 55%. Ini dibarengi dengan indeks manajer pembelian yang selalu di atas 50, menandakan sektor manufaktur masih ekspansif.
Neraca perdagangan Indonesia, kata dia, masih positif hingga akhir 2023. Hebatnya, Indonesia surplus perdagangan dengan seluruh mitra, seperti India, Eropa, dan AS, bahkan China. Berkat hilirisasi, neraca dagang Indonesia dengan China surplus US$ 2 miliar.
Semua ini, kata dia, menandakan ekonomi Indonesia sudah berada di trek yang benar. Bahkan, Indonesia kini sudah kembali ke jajaran upper middle income country. Tahun 2024, pendapatan per kapita Indonesia diprediksi berkisar US$ 5.300-5.400. (*)