Sementara itu, peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF Dhenny Yuartha melihat pemerintah belum terlalu ambisius mengejar target percepatan pengembangan EBT. Sehingga, inflasi hijau masih belum menjadi isu besar di Indonesia.
Dhenny mengatakan,green inflation akan terasa jika pemerintah mulai menghilangkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) demi menuju transisi hijau.
Mantan Menteri Perdagangan (Mendag), Mari Elka Pangestu ikut angkat bicara mengenai green inflation yang menjadi perbincangan publik. Menurut Mari Elka, transisi hijau atau pergeseran dari penggunaan bahan bakar fosil atau fossil fuel ke energi terbarukan membutuhkan biaya yang lebih mahal. Inflasi hijau ini kemudian muncul seiring dengan kenaikan harga pada sektor yang berkaitan dengan transisi hijau tersebut.
Baca Juga:Kasus Pembunuhan Mahasiswi, Berkenalan di Aplikasi Line 4 Bulan Kenalan Janjian Ketemuan, Begini KronologinyaOrganisasi Para Pengusaha, Kota Cirebon Kini Dipimpin Agus Subiyakto, Intip Sejarah Apindo
Tapi, Mari Elka menjelaskan bahwa green inflation bisa ditekan lewat beberapa cara, salah satunya adalah tax carbon atau pajak karbon.
“Kalau kita ingin orang tidak mengonsumsi fossil fuel, mesti harganya harus naik. Harusnya sih harga naik, tapi ada kompensasi kepada yang tidak mampu atau meng-impose carbon tax. Nah, uang itulah yang dipakai untuk mengurangi biaya atau subsidi sustainability,” kata wanita yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia itu. (*)