Dalam laporan Penegakan Panduan Komunitas Tiktok periode 1 April -30 Juni 2023 yang dipublikasikan pada 12 Oktober 2023, total video yang ditangguhkan, video ditangguhkan oleh otomatisasi, dan video yang dipulihkan setiap triwulan terlihat fluktuatif. Pada periode April-Juni 2023, khususnya, di tingkat global, jumlah video yang ditangguhkan mencapai 106,47 juta, video ditangguhkan oleh otomatisasi 66,44 juta, dan video yang dipulihkan 6,75 juta video.
Dalam laporan yang sama, Tiktok juga melampirkan distribusi kebijakan penghapusan konten video baik dilakukan secara otomatis atau oleh moderator (manusia). Sebuah video dapat melanggar beberapa kebijakan. Pada periode April-Juni 2023, di tingkat global, 39,1 persen video dihapus karena tema sensitif dan dewasa, 28 persen video dihapus karena aktivitas komersial dan barang diatur, 14,5 persen video dihapus karena alasan keamanan dan keberadaban. Lalu, 10,1 persen video dihapus karena terkait kesehatan mental dan perilaku, 7,1 persen dihapus karena isu privasi dan keamanan, serta 1,3 persen dihapus karena alasan integritas dan keaslian.
Di Indonesia, pada periode April-Juni 2023, total video yang ditangguhkan oleh Tiktok mencapai 11,408 juta video. Tingkat penghapusan proaktif di negara ini sebesar 98,9 persen, tingkat penghapusan sebelum dilihat siapa pun 87,7 persen, dan tingkat penghapusan dalam 24 jam mencapai 95,6 persen.
Baca Juga:Petisi 100 Pemakzulan Jokowi Inkonstitusional, Ini Kata Pakar Hukum Tata NegaraRamalan Bank Dunia, Ekonomi Indonesia 2024 Waspada
Outreach and Partnerships Manager, Trust and Safety di Tiktok Indonesia Anbar Jayadi yang ditemui di Singapura mengatakan, misi Tiktok adalah untuk menginspirasi kreativitas dan membawa kebahagiaan. Dalam melindungi pengguna, mekanisme Tiktok selalu mengandung tiga unsur, yaitu kebijakan dan kontrol; teknologi dan manusia; serta adaptasi kebudayaan setempat.
Sesudah sebuah video diproduksi oleh kreator dan akan tayang, biasanya ada waktu jeda di Tiktok. Waktu jeda ini dipakai untuk moderasi konten apakah sesuai Panduan Komunitas Tiktok atau tidak. Tiktok mengombinasikan kerja dari mesin dan manusia untuk moderasi. Konten video yang diproduksi dan terlihat ada/memakai senjata, alkohol, bendera ekstremis, dan asap biasanya akan langsung diturunkan sehingga tidak jadi tayang. Adanya peran manusia sebagai moderasi konten bertujuan memperkuat deteksi konteks dari sebuah konten yang akan ditayangkan oleh Tiktok.
Dengan maraknya disinformasi konten, apa pun bentuk dan cara produksinya, Tiktok telah bekerja sama dengan berbagai mitra dan ahli. Sebagai contoh, dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo). Dari mereka, Anbar menyampaikan bahwa Tiktok juga belajar tren disinformasi yang sedang berlangsung. (*)