Menukil dari Buku Sejarah Indonesia Kemdikbud tahun 2017, bangsa Deutro Melayu juga menguasai keahlian di bidang pengolahan tanah. Karena itu, mereka sudah bisa membuka hutan dan lantas menjadikannya areal pertanian lengkap dengan saluran irigasinya. Orang-orang Deutro Melayu pun diduga sudah menggunakan ilmu perbintangan untuk membantu kegiatan pelayaran mereka di laut.
Menurut sebagian pendapat, teori migrasi Deutero Melayu, bukan berasal dari sejarawan Barat, seperti NJ. Krom, Eugene Dubois, JG. de Casparis dan sebagainya, melainkan berasal dari seorang sejarawan Nusantara, yang bernama Pangeran Wangsakerta, beliau diperkirakan hidup pada pertengahan abad ke-17M.
Melalui Naskah Wangsakerta, beliau menuturkan silsilah Aki Tirem, adalah seorang penghulu atau penguasa daerah pesisir Jawa Barat bagian barat. Aki Tirem disebut juga Aki Luhur Mulya, putrinya bernama Pohaci Larasati yang diperistri oleh Sang Dewawarman, “Aki Tirem putera Ki Srengga putera Nyai Sariti Warawiri puteri Sang Aki Bajulpakel putera Aki Dungkul putera Ki Pawang Sawer putera Datuk Pawang Marga putera Ki Bagang putera Datuk Waling putera Datuk Banda putera Nesan.”
Baca Juga:Tanduk Kerbau Cakar Harimau, Kerambit Sejak Dinasti DharmasrayaPengancam Tembak Capres Nomor Urut 1 Diringkus, Begini Kata Anies Baswedan
Selanjutnya ia menulis, leluhur Aki Tirem bernama Aki Bajulpakel berdiam di Swarnabumi (Sumatera) bagian Selatan, kemudian Datuk Pawang Marga berdiam di Swarnabumi bagian Utara dan Datuk Banda berdiam di Langkasungka India.
Bersumber dari Sejarah Jawa Barat 1983-1984, setelah Aki Tirem wafat, Dewawarman menggantikannya sebagai penguasa dengan nama Prabu Darmalokapala Dewawarnan Haji Raksa Gapura Sagara, tokoh ini oleh para mahakawi disebut Dewawarman Pertama. Istrinya, Pohaci Larasati, menjadi permaisuri dengan nama Dewi Dwani Rahayu. Kerajaan yang dipimpin oleh Dewawarman ini diberi nama Salakanagara yang artinya negeri perak beribukota di Rajatapura.
Sumber yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Salakanagara di antaranya, pertama terberitakan oleh berita Tiongkok masa Dinasti Han. Dalam berita tersebut, “Raja Yeh Tiao-pien” mengirim utusan ke Tiongkok pada tahun 132 M. Ye-tiao diduga sama dengan Yawadwip aatau Yabadiu atau Pulau Jawa.
Tiao-pien sama dengan Dewawarman. Kedua, dengan tulisan ahli Ilmu Bumi Mesir yang bernama Caludius Ptolemeus dalam bukunya Geographia yang ditulis tahun 150 M, yang menyebutkan di dunia timur terdapat Iabadiou yang subur yang menghasilkan emas. Di ujung barat Iabadiou (Pulau Jawa) terletak kota Argyre (perak).