BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendorong Kementerian atau Lembaga, Perguruan Tinggi dan praktisi kebencanaan memperkuat knowledge management bencana alam di Indonesia. Demikian keterangan resmi Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Jumat (12/1).
Menurutnya, pengelolaan knowledge yang tepat, akan membawa dampak yang besar bagi penguatan sistem peringatan dini bencana di Indonesia. Hal ini, kata Dwikorita, akan semakin meminimalisir dampak kerugian dan mempercepat terwujudnya zero victim.
“Saya berharap knowledge management ini dapat disinergikan dan semakin kuat. Berbeda beda pandangan dan analisis itu wajar, berbeda beda itu adalah kekayaan, namun bagaimana perbedaan itu bisa saling melengkapi angle pemahaman yang lebih komprehensif,” ungkap Dwikorita saat membuka Webinar “Kupas Tuntas Gempa Sumedang M4,8 31 Desember 2023”, Kamis (11/1/2024).
Baca Juga:Wakil Menteri Pertahanan Angkat Bicara Soal Pembelian Pesawat Tempur BekasBerikut Rancangan Jadwal Jika Terjadi Pilpres Putaran Kedua
Dwikorita meyakini, bahwa knowledge management Indonesia sangat kuat lantaran arena atau medan yang dihadapi cukup kompleks dan luas. Pengetahuan secara scientist ini, kata dia, jika disinergikan dengan kearifkan lokal atau pengetahuan lokal (local knowledge) maka akan semakin memperkuat sistem peringatan dini yang dimiliki Indonesia.
“Saya yakin baik BRIN, Badan Geologi, ITB, UI, ITS, UGM bersama BMKG memiliki banyak sekali knowledge, jika ini disinergikan bersama, maka sebuah peristiwa bencana dapat kita lihat secara multi-angle dan bisa saling memperkuat dan melengkapi,” imbuhnya.
Penguatan knowledge management ini pula, lanjut Dwikorita, yang menjadi alasan pembentukan konsorsium Gempabumi dan Tsunami Indonesia (KGTI) pada tahun 2022 lalu. Konsorsium ini berisi para pakar dan peneliti gempabumi dan tsunami dari berbagai Kementerian/Lembaga terkait, Perguruan Tinggi, dan praktisi kebencanaan.
Kehadiran KGTI ini, tambahnya bertujuan semakin meningkatkan kemandirian bangsa untuk penguatan operasional Sistem Peringatan Dini Tsunami. Adapun KGTI sendiri dibagi dalam tiga kelompok kerja yaitu, pertama kelompok kerja gempabumi. Kedua, kelompok kerja tsunami. Dan ketiga, kelompok kerja evaluasi dan pengembangan/penguatan sistem monitoring, analisis, dan diseminasi gempabumi dan tsunami.
“Pelibatan ahli, pakar, dan peneliti dari berbagai institusi dan perguruan tinggi tentunya akan semakin memperkuat BMKG, terutama terkait dengan kajian dan analisis yang dihasilkan,” tuturnya.