Jejak Intelijen Menuju Pemilu 2024

Jejak Intelijen Menuju Pemilu 2024
Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan bersama Megawati Soekarnoputri dan Menhan Prabowo Subianto. (Dok. BIN)
0 Komentar

Empat poin itu disampaikan Ketua Bawaslu Rahmat Bagja saat bertemu Panglima TNI Laksamana Yudo Margono pada April 2023. Bawaslu meminta dukungan sistem keamanan dan intelijen untuk semua tahapan pemilu serentak 2024.

Pola kerja sama seperti ini juga dilakukan Bawaslu pada pemilu atau pilkada sebelumnya. Pada Pilkada 2015, misalnya, Bawaslu meminta Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) untuk mengidentifikasi adanya potensi kerawanan setelah pemungutan suara.

Permintaan ini disampaikan Bawaslu dalam Rapat Koordinasi Intelijen dalam Rangka Menyukseskan Pilkada Serentak Tahun 2015. Pada Pilkada 2020, Bawaslu juga bersinergi dengan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mencegah potensi kerawanan pemilu dan pilkada.

Baca Juga:Indonesia, Setiap Tahun Sumbang Gas Rumah Kaca 1,3 Gigaton CO2e, Terutama KarbondioksidaMampukah Berantas Sindikat Mafia Tanah?

Belum tuntas kehebohan di dalam negeri, pada awal September 2023, sejumlah pihak di Indonesia mendadak membahas National Endowment for Democracy dan International Republican Institute. Lembaga yang didanai Pemerintah Amerika Serikat itu bolak-balik disebut dalam pergantian pemerintahan di sejumlah negara. Pergantian paksa terutama dialami pemerintah yang tidak disukai Washington.

Pembahasan soal National Endowment for Democracy (NED) dan International Republican Institute (IRI) diwarnai pro dan kontra. Sebagian pihak gerah karena tudingan itu. Sebagian lagi mengingatkan, asal-usul tudingan tersebut tidak jelas.

Sebelum itu, NED-IRI disebut mendanai sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan penggiat pendampingan warga di Indonesia. LSM yang menerima dana dari NED, antara lain, rutin membahas isu Uighur. Anehnya, penerima tidak membahas Palestina atau pelarangan kerudung bagi Muslimah di Eropa.

Padahal, bagi mayoritas Muslim Indonesia dan sejumlah negara, isu Palestina lebih diperhatikan. Isu pelarangan kerudung di Eropa juga lebih banyak dipedulikan dibandingkan Uighur.

Tudingan kepada NED dan IRI memang sudah berpuluh tahun terdengar. Dalam laporan pada Agustus 1989, Washington mengungkap peran NED membantu gerakan massa di Polandia. Gerakan itu akhirnya menjatuhkan pemerintahan di Warsawa.

NED juga disebut menggulingkan Evo Morales di Bolivia. Revolusi Warna di Bolivia memaksa Morales mundur, lalu mengasingkan diri di luar negeri. NED-IRI disebut terlibat dalam Musim Semi Arab 2011, Revolusi Maidan di Ukraina 2014, hingga unjuk rasa Hong Kong 2019. Memang, dalam laporan 2020, NED mengaku mengucurkan 2 juta dollar AS untuk berbagai program dan kelompok di Hong Kong.

0 Komentar