“Kami mengkhianati kepercayaan pelanggan kami,” kata CEO Daihatsu Soichiro Okudaira pada konferensi pers di Tokyo.
Skandal uji keselamatan Daihatsu, tidak hanya akan merugikan perusahaan, tetapi juga berimbas signifikan pada pemasok. Bahkan dealer-dealer tersebut, besar kemungkinan membukukan kerugian yang lebih besar.
Saat ini, rantai pasokan perusahaan terdiri dari 8.316 pemasok yang menghasilkan penjualan tahunan sebesar 2,21 triliun yen dari Daihatsu.
Baca Juga:PPATK: Perputaran Dana Judi Online Rp327 triliun, Dimainkan 3.295.310 Orang, Begini ModusnyaProyek Capai Rp3,03 triliun untuk 5 juta set APD, Ada Dugaan Banyak Pihak Terlibat Uang Korupsi APD Covid-19
Daihatsu akan bernegosiasi secara individual dengan para pemasok untuk memberikan kompensasi kepada mereka atas hilangnya pendapatan akibat penghentian produksi. Perusahaan juga sedang mempertimbangkan bantuan untuk dealer-dealer kecil yang tidak dapat menjual mobil-mobil Daihatsu yang baru. Kompensasi ini diperkirakan akan memakan biaya yang besar, dan akan dibarengi dengan biaya yang timbul dari investigasi dan tes keselamatan tambahan.
“Tergantung pada skala kompensasi, kerugian Daihatsu dapat mencapai 100 miliar yen atau lebih,” kata Seiji Sugiura di Tokai Tokyo Research Institute.
Tidak hanya Daihtasu Motor dan ekosistemnya, kejadian ini tentu juga memukul Toyota Motor sebagai perusahaan induk.
Meskipun beberapa analis percaya bahwa dampaknya tidak akan secara signifikan memengaruhi pendapatan Toyota Motor mengingat ukuran aset perusahaan yang jumbo. Akan tetapi, setidaknya miliaran dolar potensi pemasukan akan lenyap.
Penghentian produksi Daihatsu selama satu bulan, diperkirakan akan menghentikan produksi 120.000 kendaraan. Ini berarti pengurangan pendapatan sebesar 240 miliar yen (USD1,68 miliar) untuk Toyota, tulis analis otomotif Nomura Masataka Kunugimoto, mengutip Reuters.
Pengakuan Daihatsu atas kecurangan dalam uji keselamatan menyikap tabir. Menilik laporan consumer reports, ternyata hampir setengah juta mobil penumpang dan Sport Utility Vehicle (SUV) yang terjual setiap tahun belum menjalani uji tabrak.
Di Amerika Serikat (AS), biaya yang terlalu besar bagi lembaga uji keselamatan publik untuk menguji semua kendaraan menjadi faktor utama. Alhasil, lembaga uji independen asal AS, yakni Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) dan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) memilih model berdasarkan volume penjualan mobil dan anggaran pengujian.
Baca Juga:Ada Dugaan Pelanggaran SOP, Polisi yang Terlibat Penangkapan Saiful Jamil DibebastugaskanSejarah HUT Ke-51 PDIP, Tanpa Gibran dan Bobby, Jokowi: Saya Belum Dapat Undangan, Megawati: Besarnya PDIP Bukan Karena Presiden
Tidak hanya terbatas masalah uji tabrak sebenarnya, skandal-skandal lainnya juga pernah terjadi di beberapa merek kenamaan dunia.