PASCA gempabumi merusak M4,8 di Sumedang, Jawa Barat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) langsung mengambil langkah terukur. Utamanya, melakukan survei dan kajian mendalam di lokasi yang telah ditentukan untuk pengambilan data.
Plt. Deputi Bidang Geofisika Hanif Andi Nugraha menyebutkan fokus utama lokasi berada di Kecamatan Cimalaka, Sumedang Utara dan Selatan. Lokasi ini dipilih karena mengalami dampak signifikan terjadinya aktivitas gempabumi beberapa waktu lalu. Adapun tim yang turun meliputi Pusat Seismologi Teknik, Stasiun Geofisika Bandung, Stasiun Geofisika Tangerang, dan Balai Besar MKG Wilayah II.
Tim BMKG memulai survei dengan mendeteksi dan memahami perkembangan aktivitas gempa susulan yang terjadi. Seismisitas menjadi pusat perhatian utama karena memungkinkan identifikasi jalur sesar dan mekanisme sumber gempa. Melalui survei makroseismik, BMKG memetakan sebaran kondisi dampak kerusakan dan memverifikasi tingkat guncangan tanah di pelbagai lokasi terdampak.
Baca Juga:PPATK Temukan Rp195 Miliar dari Luar Negeri ke Rekening 21 Bendahara ParpolBagaimana Persiapan Mitigasi di Wilayah Cirebon dan Sekitarnya?
Dalam rangka mendukung perencanaan wilayah yang lebih aman, BMKG melakukan survei mikrozonasi. Pemetaan sebaran dan intensitas tingkat guncangan tanah setempat menjadi landasan bagi penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan aturan bangunan tahan gempa.
Identifikasi perubahan permukaan tanah akibat gempabumi menjadi fokus selanjutnya dengan survei deformasi permukaan menjadi landasan penting. Langkah ini membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko gempabumi di masa depan, memberikan pemahaman yang lebih luas terkait jalur sesar.
Selain itu, teknologi Drone Lidar menjadi salah satu upaya BMKG dalam pemetaan sebaran tingkat kerusakan dan kondisi morfotektonik. Dalam rancangan area terbangnya, drone Lidar melayang di atas area seluas 3.250 hektare selama lima hari untuk mengumpulkan data fotogrametri dan Digital Elevation Model (DEM).
Langkah terakhir melibatkan evaluasi morfotektonik dari hasil survei makroseismik, seismisitas, dan deformasi permukaan digabungkan. Proses ini memantapkan identifikasi dan validasi jalur sesar, memberikan pemahaman yang lebih holistik mengenai kejadian gempabumi tersebut.
Melalui langkah-langkah ini, BMKG tidak hanya memberikan pemahaman yang mendalam tentang dampak gempabumi, tetapi juga memberikan dasar yang kuat untuk upaya mitigasi bencana di masa depan. Kesigapan dan komitmen BMKG memberikan harapan bagi keberlanjutan dan keselamatan masyarakat Sumedang. (*)