Para calon wakil rakyat sudah memasang baliho untuk mengenalkan diri. Para calon wakil rakyat ini memasang baliho agar dikenali dan mendapatkan popularitas. Selain bermasalah secara visual, juga dianggap nirempati di masa pandemi, emisi karbon baliho kampanye politikus juga lumayan besar.
Para calon wakil rakyat ini masih menganggap memasang potret dalam ukuran besar sebagai cara terbaik mengenalkan diri untuk menangguk popularitas. Mereka belum tertarik memanfaatkan media sosial dan Internet dalam memasarkan diri sendiri.
Di luar soal kampanye, baliho politik juga berpengaruh pada lingkungan. Baliho umumnya memakai bahan plastik. Sementara plastik terbuat dari minyak bumi yang mendapatkannya dengan cara merusak alam.
Baca Juga:Antony Blinken Mendarat di Israel dalam Permainan Kentang PanasBalas Prabowo Subianto, PDI Perjuangan Luruskan Sistem Persenjataan Bung Karno
Memakai hitung-hitungan kasar, baliho 1 x 1 meter berbahan plastik mengandung beberapa gram polyethylene. Polyethylene adalah bahan kimia paling banyak dipakai untuk membuat kantong plastik. Menurut laman Timeforchange.org, 1 kilogram polyethylene berasal dari pengolahan 2 kilogram minyak bumi.
Membakar dan mengolah 1 kilogram minyak menghasilkan 3 kilogram karbon dioksida (CO2). Maka tiap membuat 1 kilogram plastik akan menghasilkan emisi karbon sebanyak 6 kilogram setara CO2. Sementara berat rata-rata satu kantong plastik antara 8-60 gram.
Dengan dasar perhitungan itu, jika 1 x 1 meter baliho beratnya 300 gram, emisi karbon yang dihasilnya kira-kira 1kilogram setara CO2. Baliho rata-rata 3 x 6 meter. Maka satu plastik baliho tersebut berasal dari 10,8 kilogram minyak bumi dan menghasilkan emisi 32,4 kilogram setara CO2.
Jumlah emisi karbon satu politikus tinggal mengalikannya dengan jumlah baliho yang ia pasang di seluruh Indonesia. Jika seorang politikus rata-rata memasang baliho 1.000 per provinsi, ia akan menyebar dan memasang 34.000 baliho. Emisi karbon yang dihasilkannya kira-kira sebanyak 1.101,6 ton setara CO2.
Perkiraan emisi karbon ini baru dari prediksi jumlah emisi dari konversi minyak bumi menjadi plastik. Sementara dalam proses produksinya, baliho juga menghasilkan emisi lain seperti hidrofluorokarbon (HFCs) atau metana. HFCs adalah gas rumah kaca kedua paling kuat dalam mencederai atmosfer bumi, yakni 11.700 kali dibanding karbon dioksida.
Untuk menyerap emisi sebanyak 1.101,6 ton, bumi membutuhkan 39 pohon trembesi dewasa berusia minimal 5 tahun selama setahun. Dengan diameter tajuk trembesi 15 meter dan ditanam dalam jarak 5 meter, butuh lahan 15.461 meter persegi atau hampir 1,5 kali luas lapangan sepak bola untuk menyerap emisi karbon baliho calon wakil rakyat.