“Wilayah ini perlu mempunyai rencana yang dapat bertahan lama. Saat ini, ini adalah permainan kentang panas dengan semua orang mengatakan apa yang tidak akan mereka lakukan. Ini adalah momen yang sangat sensitif terhadap waktu dan perlu ada perencanaan nyata dalam waktu dekat,” kata Vakil.
Daniel Levy, seorang analis dan presiden Proyek AS/Timur Tengah, mengatakan upaya AS untuk mempengaruhi Netanyahu sejauh ini tidak efektif.
“Saya pikir sejak awal Netanyahu sudah merasa bahwa Amerika berada di tempat yang dia inginkan dan dia tidak pernah menoleh ke belakang sejak saat itu, dan Amerika juga tidak memberinya alasan untuk melihat ke belakang,” kata Levy.
Baca Juga:Balas Prabowo Subianto, PDI Perjuangan Luruskan Sistem Persenjataan Bung KarnoAnies Ingin Kuasai Panggung, Pernyataan Menlu Jawab Kritik Anies Soal Isu Kebijakan Luar Negeri
“Ini tidak berarti tidak ada sedikit pun gejolak tetapi Amerika sama sekali tidak bersedia melakukan apa yang diperlukan untuk mengubah keadaan.”
Para pejabat Israel berusaha keras untuk mencegah meningkatnya rasa frustrasi di Washington menjelang kunjungan Blinken dengan memberi sinyal konsesi termasuk peralihan ke taktik militer dengan menggunakan lebih sedikit pasukan darat atau serangan udara, dan menawarkan beberapa proposal kebijakan mengenai Gaza.
Rencana yang digariskan oleh para pejabat Israel sangat berbeda dengan seruan AS untuk merevitalisasi Otoritas Palestina, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki, untuk mengambil kendali atas Gaza dan memulai negosiasi menuju pembentukan negara Palestina berdampingan dengan Israel.
Blinken telah berusaha meyakinkan para pejabat Arab bahwa AS menentang pemindahan warga Palestina ke luar Gaza, dan sebaliknya ingin negara-negara tetangga Israel yang mayoritas Muslim memainkan peran dalam pemerintahan wilayah tersebut di masa depan.
Di tengah kekhawatiran bahwa konflik berdarah yang sedang berlangsung berisiko mengganggu stabilitas kawasan yang bergejolak, Amerika meminta negara-negara di kawasan untuk mengurangi ketegangan. Beberapa minggu terakhir terjadi peningkatan kekerasan di Tepi Barat, Suriah dan Irak, serta serangan Houthi dari Yaman di jalur pelayaran Laut Merah.
“Ini adalah momen ketegangan yang mendalam di kawasan. Ini adalah konflik yang dapat dengan mudah menyebar, menyebabkan lebih banyak ketidakamanan dan lebih banyak penderitaan,” kata Blinken pada konferensi pers di Doha bersama Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, pada Minggu (7/1) malam.