Saat diserang, Prabowo menyangkal data itu. Prabowo tidak mampu menjelaskan letak kesalahan data tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa membuka data itu tidak etis sehingga menawarkan untuk ngopi dan membahas di tempat lain.
”Saya tidak tahu apa yang rahasia. Dalam kerangka ASEAN Regional Forum, ada prinsip transparency. Ini, kan, pertahanan, bukan untuk menyerang,” kata Lina.
Menurut Lina, sibuk saling serang yang terjadi dalam debat capres ini merugikan masyarakat karena publik jadi tidak mengetahui gagasan dan strategi pertahanan tiap kandidat.
Baca Juga:Tiga Boeing 737-9 MAX Milik Lion Air Terdampak Insiden Alaska Airlines, Kemenhub: Dihentikan Pengoperasian SementaraKemenlu: KBRI London Sedang Klarifikasi Kematian Mayawati Bracken Korban Pembunuhan di Inggris
Ketiga capres menampilkan berbagai program yang ditawarkan. Tapi, ada catatan khusus bagi CSIS untuk Prabowo.
“Prabowo totally lost karena dia hanya fokus pukul balik Anies,” ujar Lina dalam konferensi pers, di kantor CSIS, Jakarta, Senin (8/1).
Lina menilai, pada penyampaian visi-misi, Prabowo tak banyak berubah. Sama-sama membahas soal posisi sebagai tetangga yang baik, seperti pemaparan di CSIS.
Namun, seiring berjalannya debat, Prabowo makin terlihat tidak menguasai materi debat.
“Namun, yang bisa kami amati adalah pernyataannya tidak sinkron karena kemudian dilanjutkan dengan pernyataan-pernyataan yang sangat nasionalistik. Di dalam debatnya, Pak Prabowo seringkali mengatakan data paslon lain salah tapi tidak memberikan data pembanding,” ucap dia.
Belum lagi etika yang ditanyakan Anies ke Prabowo. Prabowo bahkan menyebut Anies tidak etis dan tidak pantas sebagai profesor membahas etika dalam debat.
“Dia juga tidak suka dikritik terus menerus mengenai alutsista bekas dan sebagainya,” tambah dia.
Baca Juga:Polisi Inggris Dalami Hubungan Terbunuhnya Maya Bracken dan Pria Berusia 18 Tahun yang Tewas di TKPIntelijen Tiongkok Ungkap Insiden Spionase Inggris
Peneliti Hubungan Internasional CSIS Andrew Mantong menilai, kerangka debat ketiga cukup menarik karena menunjukkan ada perbedaan pandangan dari setiap calon presiden. Sayangnya, perbedaan yang kelihatan masih bersifat politik dan sentimen politik. Sementara pandangan setiap calon presiden terhadap suatu isu masih mirip atau tidak ada pembeda jelas.
Misalnya, jawaban kandidat terkait kerja sama Selatan-Selatan tidak terlalu berbeda. Demikian juga jawaban mengenai teknologi digital yang sangat normatif. Ia menyarankan agar ke depannya format debat tidak dibuat dalam bentuk undian, tetapi pertanyaan langsung dari panelis kepada kandidat.